Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tawanan Berahi

4 Mei 2018   08:10 Diperbarui: 4 Mei 2018   08:14 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi:pxhere.com)

Seperti kerbau dikelikir dengan rotan

rahangmu ditusuk dengan kaitan

engkau sudah mati membeku

terkubur dalam nafsu

Sukmamu telah ditawan lunas

dibeli dengan hasil jarahan

menjadi budak berahi para penyamun

melayani syahwat pejantan maniak

Engkau tak berhak berontak 

atas ragamu sedikit pun engkau tak berkuasa

akalmu telah dikendalikan dengan keluan

digiring kemana mereka suka

Ke pembantaian engkau dipaksa

Lehermu dicuci dengan birahi

Lalu digorok dengan sembilu

Engkau tertawa puas

Tetapi bathinmu menangis

Ragamu menggelepar tak karuan

Antara meminta tambah atau meregang

Akhirnya engkau terkapar

Hahahaha...

engkau menjadi tontonan

dibawah pohon disiang bolong

engkau digilir dirumah bordil

Melayani birahi para algojo

Engkau menangis

Sukmamu berteriak pilu

berontak ingin keluar dari ragamu

tetapi nafsumu semakin memuncak

mendesah seperti anak beludak

meregang meminta ajal

tetapi engkau tak pernah mati

Ajal tak mau menjemputmu...

(RS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun