Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Egy Maulana Vikri, Lechia Gdansk dan Hebohnya Pemberitaan Media Tanah Air

16 Maret 2018   17:08 Diperbarui: 26 Maret 2018   09:44 1506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : tribunnews.com

Egy Maulana Vikri secara resmi telah diperkenalkan dan secara administratif telah bergabung dengan Lechia Gdansk, salah satu klub kasta tertinggi di Liga sepakbola Polandia. 

Di klub barunya tersebut, Egy diberitakan mendapatkan jersey nomor 10 yang dalam dunia sepakbola dianggap sebagai angka keramat yang hanya layak diberikan untuk pemain bintang dalam sebuah tim sepakbola.

Tetapi meskipun secara resmi telah menandatangani kontrak berdurasi 3 tahun dengan Lechia Gdansk dengan nilai kontrak yang katanya bernilai 3 milyar, Egy tidak langsung dapat bermain membela Lechia.

Ada sumber yang mengatakan, Egy baru bisa bermain setelah umurnya genap 18 tahun sesuai dengan persyaratan umur di liga tertinggi sepakbola Polandia.

Sumber lain menyebutkan, Egy harus kembali ke Indonesia akhir Maret ini untuk membela timnas Indonesia U-23 dan U-19 untuk SEA-Games. Selain itu, Egy yang sekarang sedang duduk di kelas terakhir bangku SMA harus mengikuti Ujian Nasional (UN) yang akan dimulai tanggal 09 April 2018 tahun ini.

Tentu saja sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita wajib mengapresiasi dan mendukung langkah Egy tersebut. Kita berharap, Egy dapat bermain dengan baik dan dapat menunjukkan kualitasnya sebagai pemain profesional di sana.

Tetapi satu hal yang saya pikir sangat "mengganggu" Egy pada masa sekarang dan nantinya di Lechia Gdansk adalah pemberitaan media di tanah air yang terlalu heboh yang nantinya pasti menjadi bumerang bagi karir Egy ke depan.

Silahkan ketik kata kunci "Egy Maulana Vikri" di mesin pencari google dan Anda akan mendapatkan ribuan berita yang sangat"lebay" tentang bergabungnya Egy Maulana Vikri dengan Lechia Gdansk.

Berita yang terlalu dibesar-besarkan tentang Egy yang diberi julukan komodo dari Indonesia, Messi atau Neymar dari Indonesia dan lain-lain, saya pikir terlalu berlebihan.

Egy juga diberitakan telah menjadi pemberitaan utama media Polandia bahkan mengalahkan popularitas Lowen Dosky. Berbagai macam berita lain yang pasti sangat dibesar-besarkan, saya pikir akan sangat mengganggu karir Egy nantinya.

Beberapa media juga membertakan bahwa Egy lebih memilih Lechia Gdansk daripada klub raksasa Real Madrid, Benfica dan klub sepakbola Eropa lainnya. Apakah itu mungkin dan logis?

Dikutip dari tribunstyle.com, Lechia Gdansk adalah klub yang terancam terdegradasi ke divisi dua Polandia pada musim ini, karena sedang menempati posisi 13 dari 16 klub.  Sedangkan peringkat 13-16 yang akan tergedradasi atau turun kasta.

Lechia Ghansk bukanlah tim sukses di Polandia. Berdirisejak 1945, Gdansk belum sekali pun menjuarai liga teratas Polandia.

Gdansk bahkan baru promosi ke kasta tertinggi pada tahun 2008. Kendati demikian Gdansk musim lalu finish di peringkat keempat. Prestasi terbaik Gdansk yakni duduk di posisi ketiga pada 1956.

Saya pikir media harus lebih dewasa dan bijaksana dalam meliput dan memberitakan sesuatu. Jangan hanya karena ingin menarik perhatian pembaca lalu mengorbankan karir seseorang. Mendukunglah secara bijaksana dan berimbang dan jangan membuat bumerang.

Seandainya ada pemain asal Indonesia yang benar-benar bermain di Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, Seri A Italia, Bundesliga Jerman, atau liga top Eropa lainnya, bagaimana hebohnya lagi pemberitaan media di Indonesia?

Egy Maulana Vikri baru bergabung dengan Lechia Gdansk dan belum sekalipun bermain dengan klub barunya tersebut. Apakah Egy akan dipasang sebagai starter atau hanya sebagai penghuni bangku cadangan abadi, kita belum tahu. Kita hanya berdoa dan berharap, beliau bisa menunjukkan kualitasnya sebagai pesepakbola profesional di tingkat Eropa dan kemudian bisa membanggakan Indonesia.

Belajarlah dari pebalap formula-1 Rio Haryanto yang awalnya terlalu diheboh-hebohkan tetapi akhirnya hilang begitu saja dan tidak jelas beritanya hingga saat ini.

Semoga dari kasus tersebut media di Indonesia dapat belajar. Juga dari media asing seperti Jepang dan Korea Selatan yang tidak terlalu membesar-besarkan bahkan menganggap biasa saja jika ada warga negaranya yang bermain di liga top Eropa karena mereka memang menganggap klub sepakbola mereka sederajat dengan klub sepakbola Eropa.

Selamat sore!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun