Aku merindukan setetes embun
Di tengah teriknya gurun tak bertepi
Kerongkonganku kering-kerontang
Dahagaku tak tertahankan
Kakiku sempoyongan
Lututku gemetaran
Gigiku beradu menahan perih
Tanganku kukepal geram
Aku ditengah dilema
Berjalan mundur atau maju menantang maut?
Keringatku mengalir mengering
Aku hampir terbakar
Siapakah yang mendengar doamu
Hai musafir lemah
Cahaya lilin meredup lalu mati
Hening, sunyi dan gulita tanpa pelita
Rindukah jiwamu perhentian kekal?
Di eden mata airnya bening
Menyejukkan hingga ke setiap pembuluh darah
Di sana tidak ada air mata
Tak ada lagi tangisan di malam gelap
Cahayanya benderang sepanjang masa
Tidak ada lagi derita dan azab
Tidak ada lagi...
Di eden tidak ada laknat
Tidak ada serapah dan kutuk
Tidak ada jalan terjal tak berujung
Kotanya terang sepanjang masa
Rindukah jiwamu ke eden?