Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasib Tragis Budi si Guru Honorer dan Pentingnya Undang-undang Perlindungan Guru

3 Februari 2018   13:42 Diperbarui: 4 Februari 2018   13:03 3290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan di akhir bulan beliau akan menerima gajinya yang tidak seberapa kemudian dengan senyum yang dipaksakan memberikannya kepada istri tercintanya yang sedang hamil 4 bulan dan berkata, "Inilah hasil keringat halal saya selama satu bulan ini, olahlah dan kalau bisa disisihkan barang sedikit untuk menyambut kelahiran anak kita 5 bulan lagi", katanya sambil menghibur diri. Dan isterinya pun senyum bahagia dan tak pernah menuntut lebih, perhiasan atau baju baru misalnya.

Tetapi sungguh malang benar nasib Budi. Sebuah status di akun facebook "Dian Andryanto" dengan judul "Tragedi Guru Budi" memberitakan bahwa tepat tanggal 01 Februari 2018, Budi telah pergi untuk selamanya menghadap Sang Pencipta. Meninggalkan istrinya yang sedang hamil 4 bulan.

Kira-kira begini sebagian isi dari akun tersebut:_________________

Guru Budi mengajar seperti biasa. Meski gajinya pas-pasan saja, ia terus mengabdikan dirinya. Bakti dan imbalan kadang tak sejalan, tapi ikhlas ia lakukan, berharap suatu hari ia tak lagi jadi guru honorer, semua harapan untuk menafkahi keluarga barunya.

Kamis kemarin, ia mengajar di kelas XI. Pelajaran menggambar tengah dilakukan. Salah seorang anak didiknya yang berinisial HI tidak mempedulikannya, ia terus mengganggu teman-temannya, bahkan tidur dalam kelas sesuka hatinya. Guru tak lagi dihargai sebagai apapun bahkan sebagai manusia.

Guru Budi menegur HI, pipinya dicoret cat air. Bukannya sadar, HI merangsek Guru Budi, memukuli kepala gurunya terus tak berhenti seandainya teman-temannya tak melerai.

Setiba di rumah, Guru Budi merasakan sakit kepalanya, makin menjadi. Tak sadarkan diri kemudian. Keluarga membawanya ke RS Dr Sutomo, Surabaya. Semalam, sekitar pukul 21.40, Guru Budi berpulang. Diagnosis dokter mati batang otak.

Guru Budi berpulang dipukuli muridnya sendiri. Tragedi yang tak seharusnya terjadi. Hormat murid kepada guru tak seperti dulu. Sungkan siswa kepada guru tak lagi banyak ditiru. Negeri nanti seperti tak berjiwa lagi. Guru Budi meninggal karena matinya budi pekerti generasi.

Shinta, istri Guru Budi berduka tak terkira. Anak yang baru empat bulan dikandungnya, lahir nanti tak ditunggui ayahnya. Yatim si anak pada kelahirannya.

Shinta akan mengisahkan tentang Guru Budi, guru honorer di daerah terpencil yang meninggal dianiaya muridnya sendiri, kepada anaknya. 

Kabar yang tak muncul sebanyak berita lainnya di media massa. Padahal inilah nilai dasar, ketika murid mulai tak menghargai gurunya, ketika siswa bisa memukuli guru semaunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun