Dia berbicara dengan jelas dalam bahasa Inggeris dan akupun mengerti setiap kata yang diucapkannya sekalipun aku sendiri tidak dapat berbahasa Inggeris. Dan ketika aku bermaksud menjawabnya dalam bahasa Indonesia, tiba-tiba aku heran. Ternyata aku bisa berbahasa Inggris. Bahkan sangat fasih. Ini sungguh sebuah muzizat.
Dan akhirnya kamipun bercerita panjang lebar tentang laut biru. Semakin dekat dan semakin rapat. Mula-mula aku hanya berani memegang tangannya, lalu melingkarkan tanganku di bahunya. Dan akupun memberanikan diri membelai rambutnya yang pirang. Dan selanjutnya silahkan pikirkan sendiri apa  yang terjadi..... Dia sangat bahagia dalam pelukanku dan tidak mau berpisah barang sedetikpun.
Dan tiba-tiba langit berubah gelap. Sekelompok pengawal kepresidenan menhaoiri kami dan membawanya pergi dengan paksa. Aku ditendang tersungkur di pasir dan  tak sadarkan diri. Ketika aku tersadar, Chelsea sudah terbang bersama rombongan kepresidenan kembali ke Amerika. Dan akupun hanya bisa menangisi nasib.
Seminggu setelah itu aku tidak bisa makan. Bahkan untuk minumpun aku tak selera. Badanku kurus dan pandanganku nanar. Tatkala aku sedang menghayalkan dirinya, tiba-tiba sebuah helikopter mendarat di samping rumahku yang sudah reot. Hampir saja gubuk tuaku tumbang karena kuatnya angin yang dihasilkan baling-baling ganda helikopter kepresidenan.
Aku kaget luar biasa. Tiba-tiba Chelsea keluar dari helikopter didampingi calon mertuaku Bill Clinton. Beliau membuka kedua tangannya tanda menyerah kalah. Bagaimana pun beliau menghentikan hubunganku denganChelsea agar berhenti saling mencintai nampaknya sia-sia.Â
Sepulang ke Amerika setelah peristiwa di pantai, Chelsea demam tinggi. Semua dokter terbaik di Amerika sudah didatangkan tetapi panasnya tak turun-turun hingga hari kelima. Dokter menyerah dan Clinton pun ketakutan kehilangan anak satu-satunya.Â
Ketika Clinton menanyakan Chelsea apa yang bisa menyembuhkannya, dia menyebut namaku. Clinton pasrah. Dia lebih takut kehilangan gengsinya daripada kehilangan anaknya. Setelah Clinton berjanji akan mempertemukan Chelsea dengan aku, dia pun sembuh seketika tanpa meminum obat apapun. Akulah obatnya.... tak ada yang lain.
Dan akhirnya kamipun menikah dan tinggal di Amerika di lingkungan istana "The white house". Kami hidup bahagia disana dan dikaruniai sepasang anak yang cantik dan gagah. Semuanya berjalan baik hingga suatu pagi yang malang. Tiba-tiba aku terjatuh dari tempat tidurku dan aku terbangun. Ternyata aku hanya seekor katak. Katak dalam tempurung...."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H