Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghajar Anak vs Perlindungan Anak

10 Desember 2017   17:09 Diperbarui: 10 Desember 2017   17:33 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sejak lama saya tertarik menulis tentang hal ini tetapi menuliskannya dalam tulisan yang cukup panjang tentu saja tidak menarik untuk dibaca mengingat budaya membaca kita masih relatif "rendah", dan menuliskannya dalam tulisan yang pendek mungkin kurang lengkap dan terkadang terkesan menimbulkan kontroversi.

Dr. Benjamin Spock berkata: "Kita tidak boleh memukul pantat anak kita saat mereka berlaku nakal karena nanti kepribadian mereka akan rusak dan kita merusakkan harga diri mereka". Kita berkata seorang ahli tahu apa yg mereka katakan. Dan kita berkata: "OKE!"

Anda tahu apa yang terjadi dengan anak Dr. Spock? Salah seorang anak Dr. Spock melakukan bunuh diri. Dan mungkin kita berkata: "Itu sudah takdir".

Sekarang kita heran mengapa anak-anak kita tidak  punya nurani, mengapa mereka tidak tahu membedakan yang benar dan yang salah, mengapa mereka tidak peduli saat membunuh orang asing, teman sekelas dan diri mereka sendiri.

Bolehkah orang tua memarahi dan memukul anak? Apakah hal tesebut tidak akan merusak mental anak dan membuat anak menjadi lebih jahat? Apakah hal tersebut tidak melanggar perlindungan hak azasi anak yang dapat berujung pada penjara?

Orang tua tidak hanya bertanggung jawab terhadap perkembangan fisik anak dengan memberikan nafkah jasmani: makanan, uang dan semua keperluan anak secara materiel, dengan membelikan mereka barang-barang apa saja yang mereka inginkan.

Tetapi orang tua harus bertanggung jawab terhadap perkembangan psikis anak. Dan inilah hal terpenting yang harus selalu diperhatikan dan diutamakan. Orang tua harus memperhatikan perkembangan moral, rohani dan intelektual anak.

Untuk itu orang tua harus mendidik anak dan "menyerahkannya" ke lembaga-lembaga  yang dapat membantu perkembangan psikis anak, seperti: lembaga pendidikan, lembaga kerohanian, dsb. Orang tua harus bekerja sama dengan pihak sekolah dan tempat keagamaan dimana anak tersebut dididik. Orang tua tidak bisa "menyerahkan" mereka begitu saja lalu pergi.

Orang tua tidak boleh percaya begitu saja tetapi harus memantau dan memperhatikan dengan saksama, bagaimana perkembangan dan ilmu apa yang anak dapatkan dari lembaga tersebut dan bagaimana mereka diperlaukan disana. Orang tua seharusnya selalu menjalin komunikasi yang intensif dengan guru dan pembina keagamaan tempat anak dididik.

Kembali ke topik semula, apakah orang tua bisa memarahi dan memukul anak? Jawabannya adalah orang tua harus mendidik anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: pen*di*dik*an adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik;

Dalam mendidik harus ada tujuan, proses dan yang terpenting harus didasarkan pada "kasih sayang" bukan emosi. Dalam pendidikan harus ada aturan yang sistematis, dan disiplin. Ada konsekwensi jika menjalankan dan melanggar aturan.

Orang tua boleh dan harus memarahi bahkan memukul anak ketika mereka berbuat salah. Orang tua boleh menghukum anak tetapi hukuman tersebut harus didasarkan pada "kasih sayang" dengan tujuan agar anak tersebut lebih baik dikemudian hari.

Dalam memarahi anak, orang tua tidak boleh menggunakan perkataan-perkataan kasar dan tidak senonoh yang tidak mendidik. Orang tua juga tidak boleh menyumpahi anak karena hal tersebut sama sekali tidak didasarkan pada "kasih sayang"

Dalam memukul anakpun orang tua tidak boleh lepas kendali. Orang tua harus mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang boleh dipukul dan sampai kadar yang bagaimana yang tidak membahayakan. Dan intinya orang tua harus mengetahui mengapa mereka harus melakukan hal tersebut.

Sebuah kutipan kata-kata bijak dari filsuf besar Aristoteles mungkin perlu kita renungkan:

"Setiap orang bisa menjadi marah, itu adalah hal yang mudah, tetapi menjadi marah kepada orang yang tepat, dengan kadar yang tepat, di saat yang tepat, dengan tujuan yang tepat serta dengan cara yang tepat, bukanlah kemampuan setiap orang dan bukanlah hal yang mudah"

Dan sebagi penutup, kutipan dari Amsal Sulaiman salah satu orang paling bijaksana yang benar-benar pernah ada di muka bumi, perlu kita jadikan pedoman dalam mendidik anak.

Amsal 13:24

Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.

Amsal 3:11,12

Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.

Amsal 19:18

Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.

Amsal 23:13,14

Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.

Selamat pagi, selamat beraktivitas!

Pancur-Lingga Utara, 21/06/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun