Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ke Mancanegara Para Cerdas Bangsa Mengalir Deras

20 Desember 2024   22:56 Diperbarui: 21 Desember 2024   07:45 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penelitian terkait Covid-19.(GETTY IMAGES via BBC INDONESIA)

Masih Mengalir Terus

Fenomena yang telah terjadi setidaknya 50-an tahun yang lalu, masih saja terjadi. Akhir-akhir ini, berita mengenai aliran para cerdas ke luar negeri ini kembali menggema di media-media kita. 

Berawal dari adanya isu di mana para penerima beasiswa dari pemerintah Indonesia tidak ingin kembali ke Indonesia setelah menamatkan pendidikannya. Banyak yang berusaha untuk tetap di luar negeri, dengan berbagai cara. Melanjutkan pendidikan menjadi salah satunya. Alasan lain, mereka ingin bekerja dulu di luar negeri sebelum kembali. Mereka ingin mempraktekkan ilmu mereka, sebelum pulang ke Indonesia.

Dari data Kementerian Luar Negeri, terdapat kurang lebih 2 juta warga negara Indonesia tinggal di luar negeri. Sementara itu, jumlah diaspora, diperkirakan mencapai 8 -- 10 juta orang. 

Dari total penduduk Indonesia, jumlah ini termasuk kecil. Tidak sampai 5% dari total jumlah penduduk saat ini, yang berjumlah sekitar 280 juta, sesuai sensus pada tahun 2024 Badan Pusat Statistik Indonesia. Meskipun bisa dipastikan, tidak semuanya bagian dari brain drain ini.

Paling mutakhir, pernyataan dari Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek), Satryo Soemantri Brojonegoro, seperti mendukung pelarian orang-orang dengan otak encer ini. Seperti dikutip dari kompas (dot) com (05/11/2024) lalu, Menteri yang merupakan dosen di ITB, ini menyatakan lulusan penerima beasiswa LPDP tidak harus pulang ke Indonesia. Mereka dapat mengembangkan karirnya di mana saja. Pernyataan ini tentunya akan memberikan semangat bagi para cerdas bangsa untuk tetap dan mencari pekerjaan di luar negeri.

Kemungkinan Penyebab

Tentunya, bekerja di luar negeri mendapatkan gengsi tersendiri. Reputasi sebagai pekerja global (global worker), terutama yang berbasis pendidikan tinggi, bukan pekerjan kasar (blue collar worker), menambah nilai (value) seorang pekerja. 

Hal ini dapat memperluas jangkauan kerja, tidak hanya di Indonesia. Mereka bisa bekerja di mana saja. Jika merek bekerja di organisasi atau perusahaan raksasa global, mereka bisa ditempatkan dimana saja. Kondisi ini tentunya sejalan dengan tingkat kesejahteraannya. Kesejahteraan tinggi.

Tanpa menyebutkan gaji mereka, sudah bisa dipastikan jika mereka bekerja di negara-negara maju pendapatan lebih tinggi, dan penghidupan mereka akan lebih terjamin. Termasuk keberlanjutan karier, karena kesempatan bekerjanya (opportunity) terbuka di mana saja di muka bumi ini.

Dengan eksposur pada dunia kerja di tingkat global, mereka akan lebih cepat dan mudah untuk mengakses perkembangan pengetahuan, teknologi, dan praktek terbaru. Hal ini menambah kemampuan mereka bersaing (comparative advantage) pada tingkat individual. Gilirannya, kesempatan kerja bagi mereka akan lebih tinggi dan berkelanjutan. Kondisi ini tentunya sangat menarik bagi siapa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun