Pagi tadi Ibuku pulang dari pasar, kerutnya mengeras
Keranjang dari bekas kursi plastik itu, lebih kosong
Tidak terbeli lagi, tidak terjangkau lagi,
Kencangkan hatimu, aku dengar dia berkata
Pagi tadi, ibuku menjerang air, untuk kopi
Gelasnya lebih kosong, kopinya lebih bening
Tidak tertambah lagi, tidak terhitamkan lagi
Kuatkan niatmu, aku dengar dia bergumam
Pagi tadi, ibuku menyiapkan sarapan di meja kusam
Piring-piring terisi, setengahnya lebih sedikit
Tidak tersisa lagi, tidak tertuang lagi
Keraskan doamu, aku dengar dia berujar lirih
Pagi tadi, ibuku mencabuti dedaunan dari pagar tetangga
Setumpuk daun-daun demi semangkok sayur malam
Tidak terkejar lagi, tidak teraih lagi
Ketatkan sabukmu, aku dengar dia berbisik
Pagi tadi, ibuku bingung, kepeng-kepeng bertingkah aneh
Mereka tidak berdaya lagi, mereka tidak kuat lagi
Perut yang kosong, masih sama rasanya
Haus yang tiba, masih sama siksanya
Pagi tadi, ibuku bertanya, ada apa
Pagi tadi, ibuku baca koran lusuh
Punggawa-punggawa negeri bercerita tentang kursi
Pagi tadi, ibuku baca koran lusuh
Punggawa-punggawa negeri sibuk berjudi
Pagi tadi, ibuku mengerti,
Negeri ini sedang dicabik-cabik
Â
Tapos, 06 Agustus 2024
Malam-malam Waktu Tapos, dan gerimis menggumuli bumi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H