Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maafkan...

27 November 2024   21:03 Diperbarui: 27 November 2024   21:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Maafkan...

Aku belum mampu menyajikan sepiring nasi di mejamu

Kadang kamu harus melewatkan malam-malam dalam lapar

Pagi menyambut, laparmu masih bersimaharaja

Menggerogoti raga dan atmamu

Maafkan...

Aku belum bisa sajikan pekerjaan untukmu

Sekedar untuk dapat upah dan membawa sepotong roti ke rumahmu

Tatkala, di sana mata-mata nanar penuh harap menunggu

Menarikmu dalam asa terputus

Maafkan...

Aku masih belum bisa memberikanmu harga murah

Rasa melayu di tubuhmu ketika sedikit yang terbeli

Hanya untuk menapaki hari ini, dan entah besok

Merontokkan daksamu

Maafkan...

Aku masih memelihara tikus di sekelilingku

Menyajikan jalan berlubang tempat kerbau berkubang

Mengguncang tubuh, ibu-ibu keguguran, dan bocah mengering

Merobek jiwa lembut nan halus

Maafkan...

Aku tidak sanggup untuk tidak membalas budinya

Ladang-ladang milik bumi harus kutebar

Agar mereka puas dan kenyang, menghamba rakus

Membangkitkan teriak para waras

Maafkan...

Aku masih belum bisa jujur sepenuhnya tentang diriku

Di dalam aku menyimpan hasrat menggebu laksana beliung

Mendepak setiap jujur dan baik yang pernah datang

Memuakkan mereka yang pernah beriku cinta

Tapi...

Aku tidak akan meminta maafmu

Aku akan merangkai sebuah tahta kayu untuknya

Bahkan, bila pun aku harus menebang pohon terakhir di jagad

Aku sudah matikan hatiku

Tapi...

Aku tidak akan meminta maafmu

Aku akan merajut karpet merah kekuasaan baginya

Bahkan, bila pun benang terakhir peradaban harus dirampas

Aku sudah tulikan telingaku

Tapi...

Aku tidak akan meminta maafmu

Aku akan meramu titah sakti mandraguna untuknya

Bahkan, bila pun hakim terakhir berkata bijak harus meregang nafas

Aku sudah bebalkan jiwaku

Di tepi-tepi waktuku yang segera tiba, aku hanya pinta padamu

Maafkan aku untuk belumku

Maafkan aku untuk tidak meminta maafmu

Maafkan...

Tapos, 04 Agustus 2024

Malam-malam Waktu Tapos, dan gerimis menggumuli bumi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun