Secara logis, pembangunan rumah dan pemukiman harus mempertimbangkan kawasan. Ada aturan rencana tata ruang dan wilayah yang harus dipatuhi. Rencana Tata ruang pastinya mengatur peruntukan untuk berbagai wilayah di republik ini.Â
Dapat dipastikan, bahwa kawasan perbukitan dan pengunungan pastinya tidak menjadi wilayah yang diperuntukkan untuk permukiman. Kondisi lahan yang cenderung miring dan perlunya menjaga hutan sebagai bagian dari keseimbangan ekosistem serta ketahanan air, menjadi beberapa faktor yang menjauhkannya dari pemukiman.
Akan tetapi fakta lapangan bercerita sebaliknya. Perkampungan tumbuh di punggung bukit dan kaki gunung. Semakin tinggi wilayahnya dari permukaan laut, bukannya semakin sedikit penduduk.Â
Seperti di Desa Cileuksa, penduduknya mencapai 8.000 orang, kurang lebih 3.000 kepala keluarga. Setidaknya seperti disampaikan kepala desa, Jaro Ujang, Kepala Desa Cileuksa. Desa Cileuksa salah satu desa tertinggi di Kecamatan Sukajaya.
Adanya layanan listrik dari perusahaan listrik negara dapat bercerita bahwa pemukiman ini mendapat pengakuan dari pemerintah. Jalan-jalan yang sudah relatif beraspal juga menjadi indikasi dari adanya dukungan pemerintah terhadap permukiman di atas gunung ini.Â
Struktur pemerintah di tingkat desa juga terbentuk. Semuanya menjadi semacam penanda adanya pengakuan pemerintah atas terjadinya pembiaran terhadap pelanggaran peruntukan wilayah ini.
Harganya MahalÂ
Kombinasi dari ancaman bencana, kemiskinan dan pembiaran menghasilkan bencana yang melanda setidaknya Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Nanggung dan Kecamana Jasinga di Kabupaten Bogor yang terjadi pada awal tahun baru.
Bukit-bukit yang longsor, rumah-rumah yang tersapu banjir bandang, pertanian yang tertimbun tanah-tanah coklat, jalan-jalan yang terputus, lumbung-lumbung desa yang tersapu, sarana air bersih yang hilang.
Jembatan yang hilang entah kemana, sekolah-sekolah yang terpaksa meliburkan diri lebih lama karena terdampak, dan pengungsi yang terpaksa harus melawan dinginnya malam ditenda-tenda terpal yang tipis dan sebagian warga yang terpaksa berbagai ruang sempit dengan masyarakat lainnya.Â
Nyawa yang melayang berjumlah 67 orang. Secara statistik memang kecil, sehingga menjadi faktor yang mengecilkan skala bencana ini.