Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Logika Jungkir Balik dan Mulut Manis Penantang Jokowi

16 April 2019   09:47 Diperbarui: 16 April 2019   10:09 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak kala bertemu pengusaha, penantang Jokowi berjanji menaikkan keuntungan mereka. Pada tatap muka dengan buruh, dia berjanji menaikkan gaji buruh. Padahal menaikkan gaji buruh akan menyiksa pengusaha. 

Mungkin dia akan melakukannya secara simbolis. Penantang yang sudah keempat kali ikut kontestasi pemilihan presiden ini juga bilang ingin menurunkan pajak, tetapi dari Pendapatan Tidak Kena Pajak, tetapi pada yang bersamaan ingin menaikkan gaji pejabat yang tentunya uangnya dari pajak. 

Cita-citanya akan menaikan secara drastis Tax Ratio ke 19% dari 11% saat ini, padahal dampaknya akan terjadi economy shock. Pada satu saat dia bilang Pertamina akan bangkrut, sementara di saat lain dia bilang akan menurunkan harga BBM.

Semua narasinya serba indah ketika disampaikan. Soal mewujudkannya, itu rahasia. Mungkin dia akan meminta pendapat genderuwo sontoloyo di salah satu hotel terkenal di Jakarta. 

Tidak ada yang masuk akal dalam prosesnya. Menaikkan gaji pejabat dan menurunkan pajak adalah dua hal yang bertentangan, karena pajak masih menjadi komponen utama penerimaan negara. Dia mau mengambil uang dari mana? Hutang? Bukankah itu yang akan dia akan hapuskan ke depan? "Tidak boleh ada hutang!", katanya.

Narasi sumbang dan tidak logis ini sambung menyambung juga dengan pendamping penantang. Suatu program yang sudah gagal dan hampir menemui ajalnya masih digadang-gadang. 

Ngoceh-ngoceh tanpa prestasi dan kemampuan yang bisa dijual terpaksa dilaksanakan. Mengutip nasib orang kecil menjadi kebiasaan, menjual kemiskinan. Tidak ada program yang realistis jadinya, ketika semua yang mudah dan murah itu bercampur nantinya dalam pelaksanaannya.

Bahkan yang paling rusak logikanya adalah akan menghentikan program infrastruktur bila terpilih. Di banyak studi ketersediaan infrastruktur seperti jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, bandara dan terminal, jembatan, bendungan dan supra struktrunya akan mendukung peningkatan aktivitas perekonomian yang ujungnya memberikan peningkatan pendapatan negara serta pada gilirannya mendorong kesejahteraan masyarakat.

Tampaknya, kita harus diingatkan bahwa mulut manis itu akan menimbulkan rasa pahit di depan nantinya. Terlebih lagi, ketika semua kemudahan yang disemburkannya tidak berkorelasi dengan prestasi dan juga kinerjanya.

Pada akhirnya, kita harus sadar, kata-kata manis yang disemburkan penantang itu akan mematikan kita. Tidak ada yang logis dari semua kombinasi kemudahan yang diuarkannya. 

Mari percaya pada logika. Hidup itu tidak soal kemudahan melulu, apalagi soal semuanya adalah kemudahan. Logisnya hidup itu akan indah jika ada kesulitan dan juga kemudahan. Jika semuanya itu kemudahan, pasti itu sebuah utopia. Tidak mungkin! Itu jungkir balik cara berfikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun