Jika memang tujuannya untuk membuat lingkungan yang lebih baik, maka disamping menaikkan standar kualitas bahan bakar ke Euro 4 bahkan Euro 5, pemeritah lewat Pertamina harus juga menetapkan harga bahan bakar yang mendorong pertumbuhan negatif kendaraan di Indonesia.
Untuk tahap awal, terutama pada kendaraan pribadi. Â Ini akan mendorong masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum. Setidaknya ini akan meneruskan momentum yang sekarang lagi dibangun pemerintah yakni pengintensifan layanan transportasi publik.
Seharusnya sudah Energi Listrik
Jika memang alasan untuk berpindah ke Euro 4 tidak terlepas dari keberpihakan kepada lingkungan dengan pengurangan produksi zat pencemar udara, seharusnya Pertamina harus meloncat lebih jauh lagi.
Sebagai perusahaan energi, Pertamina sudah seharusnya mulai menoleh ke trend kendaraan listrik. Projeksinya, kendaraan listrik akan mencapai tahap ekonomisnya pada tahun 2050, tetapi ada juga yang mengatakan pada 2025. Bahkan Jusuf Kalla mengatakan mobil listrik sudah akan banyak di jalanan dalam 10 tahun.
Sesuai dengan paham kebijakan Dynamic Governance, Pertamina seharusnya sudah harus melakukan proses thinking ahead. Pertamina melangkah lebih jauh ke pengembangan bahkan produksi energi listrik untuk transportasi.
Selain lingkungan yang lebih bersih, tentunya Pertamina sebagai pemegang mandat penyediaan energi dalam negeri tetap bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan mobil-mobil listrik. Jika Pertamina masih akan berkutat di Euro 4 dan 5, bisa dipastikan akan ketinggalan lagi dengan kecenderungan perkembangan kendaraan-kendaraan listrik.
Gambaran sekarang yakni di negara ASEAN, Euro 4 sudah standar, sementara di Indonesia masih berkutat dengan Euro 2 dan 3 dengan kadar pencemar lingkungan yang lebih tinggi. Jika Pertamina sudah penuh berproduksi Euro 4 dan Euro 5 di tahun 2025, bisa dipastikan tetangga-tetangga di Asia Tenggara ini telah menggunakan mobil listrik yang tentunya lebih ramah lingkungan. Tidak ada gas buangan yang dihasilkan. Sedih rasanya bangsa ini selalu tertinggal dalam banyak hal, termasuk energi yang relatif ramah lingkungan ini.
Sangat disayangkan jika Pertamina tidak sekaligus melakukan lompatan jauh dengan upaya sendiri. Beberapa hasil-hasil laboratorium mobil listrik sudah ada. Tinggal Pertamina mendorong dengan skala yang lebih besar untuk mendapatkan produk dengan skala ekonomis. Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi sudah membuat sebuah peta jalan untuk dapat mendukung produksi mobil listrik pada 2020. Waktunya tidak lama lagi.
Memang penggunaan Euro 4 dan Euro 5 akan menghindarkan Jakarta dari fenomena yang dialami New Delhi pada November lalu. Fenomena tingkat pencemaran udara yang mencapai angka sangat mematikan. Ongkosnya pasti akan sangat mahal jika pencemaran terakumulasi secara terus menerus.
Jika memang benar-benar ingin mengurangi tingkat pencemaran udara dengan indeks katakanlah di bawah 10, maka sudah selayaknya Pertamina harus melihat jauh ke depan. Pengembangan energi listrik harus sudah mendapat perhatian Pertamina.