Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Memaknai Harga Sebuah Persepsi

13 Desember 2017   20:04 Diperbarui: 14 Desember 2017   13:27 2691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persepsinya yang tentunya didasarkan pada nilai-nilai yang dianut. Bangunan harus diratakan dengan tanah karena tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Dengan mudah  saja orang-orang  itu menghancurkannya.

Sementara ada pihak lain yang memiliki persepsi bahwa peninggalan kuno di Palmyra merupakan kekayaan yang luar biasa. Peninggalan itu, yang menurut persepsi mereka, memiliki nilai-nilai budaya tinggi yang tidak ternilai.

Bangunan-bangunan yang berusia ribuan tahun itu juga dapat menjadi sumber ilmu tentang kehidupan manusia di zaman dulu termasuk cara-cara hidup dan berjuang. Mereka bahkan menghabiskan uang yang tidak terkira jumlahnya hanya untuk menyelamatkan bangunan-bangunan itu hingga dapat diwariskan ke generasi berikutnya.

Dua perilaku yang berbeda atas bangunan tua di kota itu terbentuk dari persepsi yang dimiliki masing-masing pihak. Sama halnya juga dengan karya seni, semacam Salvator Mundi-nya Leonardo da Vinci.

Berbincang dengan orang banyak, ditemukan bahwa satu lukisan itu tidak bernilai, karena 'katanya' tidak memiliki nilai seni. Keindahan tidak ditemukan dalam sebuah lukisan itu sehingga tidak ditemukan nilai tertentu lukisan tersebut.

Tetapi, nilai sebuah lukisan yang tidak ada apa-apa sebenarnya dapat menjadi sangat tinggi. Ini hanya bisa terjadi jika persepsi dibangun secara sengaja untuk menaikkan harganya. Ada kemungkinan juga begitu dengan lukisan Salvator Mundi yang dikabarkan dibeli oleh Muhammad Bin Salman, anak Raja Salman dari Arab Saudi dengan nilai fantastis.

Jika lukisan itu tergeletak begitu saja di jalanan, bisa jadi nilainya nol. Akan tetapi bisa jadi secara sengaja lukisan tersebut diberikan narasi-narasi yang membuat nilainya semakin tinggi. Lingkungan dan ekosistem pecinta seni dibentuk sedemikian rupa sehingga persepsi atas sebuah nilai lukisan dapat dipertahankan bahkan ditinggikan.

Bolehlah sedikit berburuk sangka dengan kemungkinan seperti ini. Untuk mendapatkan keuntungan finansial dan menyadari bahwa secara psikologis manusia dapat dibentuk, maka kelompok ini menciptakan suatu lingkaran yang membentuk persepsi atas sebuah lukisan.

Lingkaran yang secara terus menerus menghembuskan informasi dan nilai-nilai yang membentuk persepsi. Diperlengkapi dengan institusi dan juga proses-proses transaksi artifisialnya. Sekedar untuk meyakinkan. Layaknya proses hipnotis.

Berbagai kegiatan dilakukan untuk terus memelihara sebuah persepsi tersebut. Komunitasnya dibangun. Diminta persetujuan dari para mereka yang sangat bonafid termasuk universitas-universitas. Lalu, dibenamkan dalam-dalam bahwa karya lukis Leonardo da Vinci dan banyak pelukis lainnya adalah karya seni yang tiada tara nilainya. Maka, banyaklah yang berebut membelinya. Bahkan dalam proses lelangnya pun, bisa saja sebuah permainan dibentuk.

Kemungkinan ini sangat bisa terjadi. Bukankah para pelukis itu meninggal dalam kemiskinan. Jika memang dari awalnya harga lukisan itu sangat mahal, sudah pasti para pelukis itu hidup dalam gelimang harga. Nyatanya, tentunya menurut sejarah, mereka di akhir hidupnya adalah mahluk yang menderita. Miskin dan tidak memiliki harta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun