Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Gunning Fog Index, Teknik Menerka Tingkat Keterbacaan Tulisan

24 Februari 2017   22:58 Diperbarui: 26 Februari 2017   00:00 1673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: medicalwritingcourse.net

Untuk mencapai kesana, ada berbagai cara. Di Kompasiana dengan platform bebas ada yang memberi judul bombastis. Judul sangat panjang dan kadang membuat bingung, itu judul atau paragraf pembuka. Ada juga judul yang langsung memuat kesimpulan. Itulah kenyataannya. Disamping tentunya ada juga yang sunguh-sungguh berupaya membuat tulisan yang baik.

Tetapi, Kompasiana membiarkan saja ‘demokrasi penulisan’ kebablasan. Kondisi ini sebenarnya memberikan keuntungan bagi penulis pemula, yang dengan segala kekuatan mental, psikologis dan emosi, berani memuat.

Gunning Fog Index

Upaya-upaya yang dijabarkan di atas dilakukan untuk satu hal, yakni meningkatkan keterbacaan. Mengumpulkan sebanyak-banyaknya pembaca tulisan. Di samping hal ‘bombastis’ di atas, ada banyak cara. Salah satunya Gunning Fog Index.

Gunning Fog Index adalah alat ‘pengukuran’ tingkat keterbacaan yang sangat efektif. Index ini diciptakan Robert Gunning. Dia bekerja di Robert Gunning Clear Writing Institute di Santa Barbara, Amerika Serikat. Meskipun awalnya diciptakan di negara berbahasa Inggris, tetapi ini berlaku untuk bahasa lain. Demikian penjelasannya seperti disarikan dari Quantum Writing-nya Hernowo (Desember 2015).

Menurut teknik ini, sebuah tulisan yang tingkat keterbacaan tinggi jika memiliki Gunning Fox Index tertentu. Jika Gunning Fog Index-nya lebih dari 14, pembaca akan meninggalkan tulisan. Sebabnya, dipastikan terdapat kalimat-kalimat dengan banyak kata. Jumlah kata bersuku kata tiga juga banyak. Begitu menurut Gunning. Untuk tulisan di media.

Bagaimana cara mengukurnya? Sederhana saja. Ambil sebuah tulisan anda, tidak perlu seluruhnya, sampel saja. Katakanlah berkisar 100 kata. Coba hitung jumlah kata-kata rata-rata dalam satu kalimat. Hitung juga jumlah persentase kata yang bersuku kata tiga atau lebih. Jumlahkan keduanya, rata-rata dan persentase. Lalu bagi dengan 2,5. Itulah rumus yang digunakan Gunning untuk menentukan Fog Index sebuah tulisan.

Di sumber aslinya, ditentukan langkahnya sebagai berikut. Sedikit berbeda, tetapi hasil sama.  Setelah menentukan tulisannya, tentukan rata-rata jumlah kata per kalimat. Caranya membagi jumlah total kata dengan jumlah total kalimat. Selanjutnya hitung kata-kata kompleks, tiga suku kata atau lebih. Tetapi, tidak termasuk kata-kata benda yang umum, istilah-istilah, dan imbuhan. Cari persentasenya dengan membagi jumlah kata kompleks dengan seluruh kata, lalu dikali 100. Jumlahkan rata-rata dan persentase tadi, lalu kalikan 0.4. Membagi dengan 2,5 seperti di buku Quantum Writing sama saja hasilnya jika dikalikan 0.4.

Media-media internasional juga menggunakan index ini. Majalah Timedan Wall Street menjaga Index tulisan awaknya dikisaran 11. Sementara Reader’s Digets di angka 10. Berarti jumlah rata-rata kata dalam kalimatnya kurang dari 12.  Kata-kata bersuku kata tiga atau lebih persentasenya kurang dari 18.

Teknik ini juga digunakan untuk menentukan tingkat kerumitan buku-buku pelajar di Amerika. Teknik yang dikembangkan tahun 1952 ini, menentukan kerumitan bacaan untuk pelajar di Amerika sesuai dengan grade-nya. Kelas 6 SD, Gunning Fog Indexnya 6. Tertinggi untuk lulusan universitas 17. Itu untuk pelajar dengan budaya membaca dan menulis yang tinggi. Untuk Indonesia, angka 12 cukuplah?

Kalimat-kalimat panjang di sebuah tulisan tentunya membuat pembaca bingung. Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan konsentrasi rata-rata manusia terbatas pada kalimat dengan kata yang lebih sedikit. Jika 14 kata per kalimat, 50% pembaca akan bingung. Jika sampai 20 kata, dipastikan 80% pembaca membuang tulisan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun