Di hari pertama aktivasi jabatan, Balai Kota ramai lagi dengan masyarakat untuk mengadu. Sama seperti sebelum Basuki cuti. Para punggawa birokrasi kembali bekerja dengan standar, kecepatan dan cara pimpinannya. Bahkan, untuk melayani masyarakat di Balai Kota di pagi hari pun, gubernur Basuki mulai mendelegasikan secara perlahan kepada bawahannya. Dalam sebulan ini adalah masa transisi untuk melatih mereka sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Masing-masing dinas memiliki perwakilan di teras Balai Kota untuk melayani. Mereka dilatih untuk berhadapan langsung dengan masyarakat dan menyelesaikan secara tuntas. “Jika tidak ada jawaban katakan tidak. Jika bisa diselesaikan, selesaikan segera”, pesan gubernur ke bawahannya. Mereka harus mengerti setiap aturan terkait tugasnya. Di meja-meja yang diatur rapi di teras Balai Kota itu, birokrat itu didorong untuk bertindak selayaknya seorang pelayan masyarakat.
Mesin berputar lagi dengan kencang. Pelayanan masyarakat mulai lagi. Ketika banjir pun terjadi di awal minggu, petugas-petugas bergegas mengatasi. Pemimpin turun ke lapangan dan mencari langsung pokok permasalahan dan mencarikan solusinya.
Di tengah kesibukan menghadapi berbagai permasalahan Jakarta, setelah Basuki aktif lagi, disudut-sudut kantor pemerintah Jakarta terdengar bisikan, “Liburan sudah usai”. Masa Basuki adalah masa bekerja. Masa Sumarsono adalah masa liburan. Dan kini masa itu sudah usai. Mereka harus bekerja lagi. Bekerja dengan keras, mungkin sambil berharap, “Kapan liburan datang lagi?”.
Sepertinya harapan ini akan terpenuhi. Sebabnya, KPU telah menentukan untuk putaran kedua petahana harus cuti lagi. Padahal sebelumnya KPU mengatakan tidak ada kampanye lagi. Mungkin, KPU mendengar teriakan halus punggawa birokrasi Jakarta ini. Ya, mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H