Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pertarungan Para Elit dan Rakyat yang Bahagia

23 Februari 2017   13:17 Diperbarui: 23 Februari 2017   13:31 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat kan soal Kalijodo yang sekarang sudah berubah menjadi menjadi Ruang Terbuka Publik Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau dengan luasan lebih dari setengah hektar. Kemarin baru diresmikan sang petahana. Kawasan ini dulu adalah kawasan angker yang malas didatangi oleh mereka yang tidak nyaman dengan kehidupan berbasis ‘lendir’ dan minuman keras. Kawasan dengan sumber pendapatan tinggi dari bisnis ‘gelap’ kehidupan. Ancaman menjelang penutupan ternyata hanya angin lalu.

Keluarbiasaan yang lain, tentang penutupan Stadium dan Miles. Untuk penikmat dunia gemerlap, stadium adalah tempat yang menggetarkan sekaligus ‘nikmat’. Tak ada yang percaya kalau kemudian stadium bisa jadi ‘mendiang’. Itulah kekuatan dari kepercayaan akan nilai. Mereka bertarung untuk membelanya.

Rakyat Bahagia itu Siapa?

Tidak banyak. Jumlah mereka tidak sampai 7 jutaan. Di antaranya adaalah 42,96% dari pemilih. Jumlahnya menurut laman KPU DKI 2.357.785 orang. Ini di Jakarta saja. Masih banyak dari tempat lain. Masyarakat ini rela mengeluarkan daya upayanya untuk memastikan suaranya bernilai untuk Jakarta yang lebih baik. Mereka rela melakukan yang mereka bisa untuk mendukung Ahok.

Masyarakat ini sebagian rela melakukan kampanye-kampanye tersendiri melalui media sosial. Setiap hari membagi dan memberikan dukungannya lewat berbagai format medis sosial. Sebagian dari mereka rela berjubel di Rumah Lembang. Bahkan ada yang mendatanginya berkali-kali. Di antara mereka ada yang membeli berbagai merchandise pasangan calon nomor dua ini.

Ada juga yang membentuk posko-posko pemenangan dengan pendanaan sendiri. Ada yang selalu setia mendampingi Ahok di persidangan. Bahkan sebagian kecil lagi memberikan sumbangan sukarela. Jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 10.000an. Mereka sesuai kemampuannya menyumbang hingga mencapai kisaran 60 milyar. Menyumbang dengan senyum dan tanpa tekanan. Indahnya!

Padahal, jika dilihat dari calon yang mereka dukung, pastilah sangat tidak mungkin menang pada putaran pertama karena faktor triple minority-nya Ahok dan tekanan massa yang luar biasa terkait dugaan penistaan agama yang berujung pada sidang berseri. Tekanan ini begitu keras dari kelompok yang berseberangan dengan Ahok itu kerasa hingga ke relung-relung hati para pendukungnya.

Tekanan ini tidak berhenti di Jakarta saja. Bahkan mereka-mereka yang jauh dari Jakarta pun merasakan ‘kecemasan’ yang merambati hati mereka. Pada satu kondisi yang mereka katakan ‘ketidaknyamanan karena Ahok’. Dari ujung-ujung Indonesia ucapan seperti ini mengalir. Di Jakarta hal itu bermuara pada sebagian yang tidak memilih Ahok lantaran ketidaknyamanan.

Tetapi, ketidaknyamanan ini memiliki tandingan. Banyak eforia yang muncul dari ujung-ujung Indonesia dan bahkan banyak kota-kota lain di dunia. Di Rumah Lembang dapat ditemui simpatisan Ahok yang tidak bisa memilih karena bukan warga Jakarta. Mereka membagi kebahagian dan dukungan dengan hadir dan menyumbang melalui pembelian pernik-pernik khas pasangan nomor 2 ini. Dari tempat lain, pesan dukungan dan pesanan pernak-pernik juga mengalir. Sementara itu, gambar-gambar pendukung Ahok dengan baju kotak-kotaknya melakukan flash mob, tarian bersama dengan judul Hip Hip Hura yang diinisiasi oleh Sys. Ns, mengalir dari penjuru dunia.

Para artis menyelenggarakan pesta rakyat tanpa bayaran. Masyarakat berjubel membawa semangat dan impiannya. Tidak perduli dengan hujan yang bergantian dengan panas. Puluhan ribu memenuhi panggung rakyat ini. Seruan untuk mendukung Ahok diudarakan lewat suara yang menggemuruh ke udara. Di pojok lain, doa-doa malam untuk Ahok menjelang tidur juga disampaikan kepada Yang Maha Kuasa.

Itulah mereka. Rakyat yang bahagia itu. Mereka rela mendukung calon pimpinan mereka dengan semangat dan rasa bahagia yang membuncah. Ketika mereka ditanyakan, apakah mereka memilih Ahok karena Ahok, ternyata jawabannya tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun