Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Anies Mengalami Disorientasi Akut di Pilkada DKI?

9 Februari 2017   19:53 Diperbarui: 10 Februari 2017   09:51 2939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam debat kedua, Anies dalam upaya menyerang seni reformasi birokrasi yang dijalankan Ahok, dengan mantap dia mengatakan, kami menggunakan cara yang baru. Good Governance itu sudah kuno. Itu konsep tahun 1990-an. Kami akan menjalankan birokrasi dengan sistem yang lebih modern, yakni Open Govenrnment.

Ternyata, setelah menelisik paparan visi dan misi Anies-Sandi di laman KPU DKI, tidak ada kata-kata Open Government. Jelas-jelas hanya ada Good Governance. Paparan itu bolak-balik ditelisik. Tidak ada kata-kata Open Government, tetapi Good Governance.

Lalu, Anies mendapatkannnya dari mana? Apakah dadakan juga, karena ada yang mengirimkannya pada saat debat itu? Coba kita lihat sedikit pembahasannya. Apa itu open government dan hubungannya dengan Good Governance?

Open governmentis the governing doctrine which holds that citizens have the right to access the documents and proceedings of the government to allow for effective public oversight.

Bisa dijabarkan bahwa open governmentadalah akses yang dimiliki masyarakat ke dokumen-dokumen negara untuk pengawasan publik yang lebih efefktif. Kalau itu artinya, itu kan soal transparansi. Transparansi ini masih bagian dari Good Governance. Jadi apanya yang baru? Apanya yang modern? Lihat penjelasan di bawah.

Menurut UNDP, ada sembilan indikator Good Governance yakni, participation (partisipasi masyarakat, rule of law (penegakan hukum), transparancy (kebebasan memperoleh informasi), Responsiveness (cepat tanggap), concencus orientation (berorientasi kepentingan masyarakat), equity (kesempatan yang sama), efficiency and effectiveness (efisiensi dan efektivitas), accountability (pertanggung-jawaban publik) dan strategic vision (adanya visi kedepan).

Lah, masih Good Governance, kan? Itulah Anies dalam bingkai pilkada DKI Jakarta 2017. Kenapa jadi begitu?

Sayang sekali, dia benar-benar mengalami salah arah, kehilangan orientasi. Program menjadi ala kadarnya. Visinya hanya mengalahkan si petahana, lewat serangan telak tapi bukan pakai program. Kekuasaan itu memang memabukkan.

Akan tetapi, ternyata keinginan yang sangat besar untuk berkuasa berakibat lebih parah, mengakibatkan disorientasi akut. Lalu, kalian mau mengharapkan apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun