Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Anies Mengalami Disorientasi Akut di Pilkada DKI?

9 Februari 2017   19:53 Diperbarui: 10 Februari 2017   09:51 2939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: turuntangan.org

Anies seperti kehilangan arah. Anies seperti mengalami disorientasi.

Visi Misi Anies Rasa Ahok

Anies sepertinya menerima segala syarat yang menghancurkan mimpi-mimpinya itu untuk bisa jadi gubernur DKI. Disorientasinya semakin jelas. Kemendadakan pemilihannya menjadi calon gubernur berujung pada program yang ‘dadakan’ juga. Visi dan Misi yang diawangkan tidak lagi menjadi penting, karena untuk memenangkan kursi gubernur bukan soal program.

Ini soal menjatuhkan petahana dengan segala kelemahannya. Visi, Misi dan Program boleh saja dicopy paste. Ambil dari yang sudah ada. Tambahkan sedikit, gunakan istilah berbeda, dan jadilah sebuah visi dan misi Anies. Jadinya, visi dan misi Anies seperti segala sesuatu yang telah dilakukan oleh petahana, Ahok si pejuang tangguh.

Lihatlah program dia di bidang pendidikan, hanya ditambahkan ‘plus’. Jadilah KJP Plus. Untung tidak plus plus.

Soal APBD, Anies memvisikan anggaran yang lebih transparan, efektif dan efisien. Ini sudah jauh-jauh hari diterapkan pemerintah DKI yang dikomandani Ahok. Ingat hasilnya, dana 12 trilyun rupiah gagal ditilep garong APBD. Lobster-nya Taufik tidak jadi. Ketika e-procurement dan e-catalogue digunakan, kesempatan untuk mencuri kandas. Lalu mereka teriak-teriak. Hasilnya, sungai bersih, selokan dikeruk, PPSU dan PHL ditambah secara drastis. Banyak yang mendapat transportasi gratis.

Bicara soal birokrasi, Anies menggariskan soal pemerintah daerah yang lebih efektif dan berorientasi pelayanan. Entah tidak punya imajinasi atau memang tidak ada lagi yang bisa dituliskan. Ini sudah menjadi standar di pelayanan publik DKI di bawah Ahok. Tidak lihat, di kelurahah di sudah tidak ada lagi permintaan sumbangan sukarela tetapi jumlahnya ditentukan. Perijinan di bawah satu atap, tidak di banyak atap, tidak dibanyak meja, tidak dibanyak jendela dan tidak dibanyak lubang. Masih banyak lagi kalau mau diceritakan.

Ini lagi, soal banjir. Program Anies benar-benar seperti malu-malu mengakui program Ahok. Memperbaiki tanggul dan pompa air, ini misi Anies terkait banjir. Mungkin Anies belum lihat sungai-sungai yang diberi sheet pile dan dibersihkan. Pompa air dipastikan bekerja terus untuk menghindari banjir di Jakarta. Sekarang banyak yang kangen banjir. Tentunya hanya mereka yang mendapatkan keuntungan dari bencana itu.

Semakin dicermati, semakin terasa Ahok di program-program Anies. Untunglah masih ada OK OCE [wan kecamatan wan senter of entreprenersip-cara baca dengan mulut Indonesia]. Dengan gayanya yang anggun, Sandi, pasangan Anies, menggerakkan tangannya dari kiri ke kanan dengan jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran, dan tiga jari lainnya lurus. Lalu dia berucap, “okeoce”. Gayanya yang tidak machomembuat beberapa ibu-ibu menjadi ragu. Ragu tentang apa, hanya mereka yang tahu.

Open Government atau Good Governance

Tidak berakhir disitu, disorientasi Anies masih berlanjut dan mungkin akan terus selama dia proses kampanye ini hingga diumumkannya pemenang Pilkada DKI Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun