Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kawasan Bandung Berkembang, Selatannya Tergenang

10 April 2016   16:48 Diperbarui: 11 April 2016   01:53 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Perambahan kawasan Utara Bandung yang masif. Foto: tribunnews.com"][/caption]Bangunan-bangunan baru banyak bermunculan di kawasan Bandung, yang dijuluki kota kembang dan juga dikenal dengan kota Paris van Java. Kota Bandung dulu dirancang Belanda hanya untuk 500.000 jiwa. Berdasarkan data BPS penduduk Bandung hampir mencapai 2,5 juta jiwa. Jumlah ini sudah melebihi kapasitas kota. Tekanan bertambah pada siang hari, karena adanya komuter dari kota satelit Bandung dan pada akhir pekan oleh wisatawan yang ingin menikmati indahnya Kawasan Bandung.

Meskipun sudah pasti berbeda dari beberapa belas tahun yang lalu, Bandung masih memiliki daya tarik yang tinggi bagi wisatawan, setidaknya dari Jakarta dan kota-kota satelit Bandung. Pemerintah dan pengusaha tentunya merespon dengan menghadirkan berbagai fasilitas penginapan, restoran yang menyajikan beragam jenis kuliner, dan kafe-kafe tempat menikmati kota Bandung dan sarana penunjang lainnya. Satu sisi ini menjanjikan bagi perekonomian kawasan.

Hotel-hotel dan penginapan yang muncul bukan kelas bintang dengan ratusan kamar. Hitungannya hanya diangka hingga 50 kamar. Dengan demikian lahan yang diperlukan juga tidak terlalu luas. Tetapi karena jumlahnya banyak, tentunya memerlukan luasan lahan yang signifikan yang pada gilirannya menimbulkan konsekuensi tersendiri.

Perkembangan ini juga didiorong oleh status Kota Bandung sebagai kota pelajar. Kota pendidikan dan menjadi tujuan mengejar ilmu bagi calon mahasiswa dari segala penjuru Indonesia. Setidaknya ada puluhan perguruan tinggi baik swasta maupun negeri di Bandung berupa universitas, sekolah tinggi, akademi, institut, dan politeknik. 

Akibatnya adalah tingginya permintaan akan kamar sewaan. Permintaan ini juga direspon dengan mendirikan aparatemen-apartemen untuk mahasiswa yang berkantong tebal. Kebanyakan mahasiswa sekarang yang belajar di Bandung memang yang berkantong tebal karena biaya pendidikan hanya terjangkau oleh mahasiswa jenis ini. Ini diakibatkan pendidikan tidak lagi sepenuhnya disubsidi oleh pemerintah.

Untuk memenuhi permintaan di atas, kawasan-kawasan baru dibuka, hingga ke kawasan utara Bandung. Kawasan utara yang dulunya berupa kawasan yang hijau dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air, perlahan tetapi pasti berubah menjadi kawasan pemukiman dan bisnis, terutama penginapan dan restoran-restoran serta kafe-kafe. Bukit-bukit dirambah, lembah-lembah diubah, pohon-pohon ditebang, dan tebing-tebing diratakan. Lahan-lahan hijau berubah menjadi gersang dan gundul.

Untuk tujuan wisata dan permukiman, daerah kawasan Utara Bandung memang menjanjikan pemandangan yang indah bagi mata dan jiwa. Bukit-bukit dan lembah-lembah serta aliran sungai memberikan pemandangan yang menenangkan, layaknya di negara-negara Eropa sana.

Bisa jadi ini karena Kota Bandung dan kawasannya yang berbentuk cekungan, dikelilingi oleh 10 gunung. Ke 10 gunung tersebut adalah Gunung Bukittunggul (2206 mdpl), Gunung Manglayang (1824 mdpl), Gunung Rakutak (1985 mdpl), Gunung Kendang (2617 mdpl), Gunung Tilu (2056 mdpl), Gunung Malabar (2329 mdpl), Gunung Patuha (2484 mdpl), Gunung Mandalawangi (1720 mdpl), Gunung Sanggar (1882 mdpl).

Dikatakan dasar dari cekungannya berada di titik nol kilometer kota Bandung. Melihat fenomena banjir yang terjadi akhir-akhir ini, bisa jadi dasar cekungannya ada di Bandung Selatan.

Perubahan bentang alam ini tentunya punya beberapa konsekuensi logis. Rusaknya kawasan dengan perambahan yang masif berakibat pada kurangnya ruang terbuka hijau kawasan dan Kota Bandung. Kawasan Utara kota Bandung yang seharusnya menjadi kawasan tangkapan air juga sudah berubah fungsinya. Akibatnya adalah kurangnya air masuk ke tanah dan meningkatnya air permukaan yang meluncur dengan deras ke wilayah yang lebih rendah.

Kota Bandung yang dialiri kurang lebih 49 sungai, menjadi kawasan yang juga mendapatkan dampaknya. Kota Bandung mengalami banjir karena sungai-sungai yang mengalirinya sudah tidak mampu lagi menampung aliran air permukaan yang meluncur deras dan tidak sempat masuk ke dalam tanah.

Pendangkalan sungai ini diakibatkan sedimentasi yang merupakan tanah dan lumpur yang terbawa air dari kawasan utara yang mulai gundul. Kombinasi pembuangan sampah dan limbah ke sungai juga berkontribusi terhadap pendangkalan ini, serta perambahan kawasan sungai mengakibatkan penyempitan aliran sungai.

Jaringan drainase berkontribusi aktif untuk masalah ini, sudah tidak mampu menampung curahan air hujan. Mungkin karena sudah penuh dengan ‘tabungan’ sampah yang tidak pernah dibersihkan. Hujan deras dalam hitungan jam saja sudah bisa menggenangi ruas jalan di Bandung. Seringnya sekitar Cihampelas bawah hingga kedalaman 50 centimeter, kawasan Buah Batu dan Bale Endah.

Tetapi kawasan yang paling mendapatkan dampak terbesar dari perubahan bentang alam di Kawasan Utara Bandung adalah kawasan Bandung Selatan. Banjir yang terjadi pada bulan Maret 2016 lalu, menjadi buktinya.

Tergenangnya Bandung Selatan mengakibatkan lebih dari 6000-an penduduk harus meninggalkan rumah ke tempat-tempat pengungsian yang disediakan pemerintah, karena lebih dari 5000-an rumah terendam hingga kedalaman 1-2 meter.

Dari tahun ke tahun banjir yang terjadi semakin buruk. Disamping luasannya, juga lamanya air tergenang. Kalau banjir-banjir sebelumnya hanya hingga Dayeuhkolot dan Baleendah, banjir terakhir hingga Banjaran dan Arjasari. Kecamatannya bertambah. Di samping diakibatkan kawasan utaranya yang sudah rusak, kerusakan kawasan timur dan barat dicurigai berkontribusi juga terhadap banjir tahun ini.

[caption caption="Banjir Bandung Selatan yang meluas. Foto: liputan6.com"]

[/caption]

Banyak yang terganggu akibat banjir ini. Pendidikan anak-anak yang mengungsi adaah salah satunya, terutama bagi murid kelas tiga SMA, ujian nasional sudah di depan mata. Akibat dari banjir ini, kerugian yang dicapai tidak hanya pada kerusakan fisik akan tetapi juga hilangnya kesempatan bekerja dan kesehatan yang terganggu.

Pemerintah memang memberikan bantuan maksimal. Pemerintah menyediakan tenda-tenda pengungsi, fasilitas dapur umum, pengobatan, evakuasi dan bantuan-bantuan lain kepada para pengungsi. Bantuan ini tentunya hanya hingga banjir surut. Tetapi, sisa-sisa banjir dan menghabiskan juga sumber daya masyarakat dan terganggunya penghidupan memperberat beban masyarakat terdampak.

Pola penanganan yang dilakukan sifatnya kuratif. Upaya-upaya preventifnya belum muncul. Pada tahun-tahun berikutnya, dikhawatirkan kawasan Selatan ini akan selalu menerima banjir yang semakin buruk, sementara kawasan Utara Bandung akan semakin bercahaya pada malam hari. Utara yang bersolek, Selatannya yang terseok-seok. Utaranya yang berkembang, Selatannya yang tergenang.

Tentunya ini terkait dengan kebijakan publik pemerintah Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat. Adanya bencana ini tentunya tidak mengherankan, karena perambahan yang masif di kawasan Utara Bandung yang terus berlangsung. Dengan karakteristik pemerintah provinsi yang tidak pedulian dan tidak kompak dengan pemerintah kota, maka tipis harapan perbaikan ke depan akan terjadi.

Buktinya, tentunya masih ingat dengan beberapa peristiwa ini. Pemerintah Provinsi Jawa Barat ‘tega’ memotong Dana Desa demi membeli mobil-mobil mewah untuk eksekutif dan legislatifnya. Masalah sampah juga tidak ditangani dengan seksama. Ketika terjadi tumpukan sampah di Sungai Cikapundung, yang pertama dilakukan adalah mencari pemilik sampah.

Dengan gesture pemerintahan yang seperti itu, tidak heran, jika kawasan Bandung Selatan akan selalu menjadi langganan banjir setiap tahun yang tentunya makin parah karena permabahan kawasan utara yang ‘dicuekin’ oleh para pemimpinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun