Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekolah dan Bimbingan Belajar Serta Peran yang Tertukar

8 April 2016   22:26 Diperbarui: 4 April 2017   16:13 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua juga bimbingan belajar ini berlaku jujur. Untuk memenuhi hasrat menjadi yang terbaik dengan indikator berupa jumlah siswanya yang masuk perguruan tinggi negeri, cara-cara curang ternyata digunakan. Beberapa tahun sebelumnya ditemukan laporan adanya jawaban ujian nasional bahkan ujian masuk perguruan tinggi yang ‘bersumber’ dan beredar di lembaga bimbingan belajar ini. Berbagai upaya mereka lakukan untuk mendapatkan soal ujian bahkan jawaban dari soal soal tersebut. 

Tentunya, ada kecurigaan, pihak-pihak yang terlibat hingga para oknum di kantor pemerintah yang menangani persoalan pendidikan ini. Beberapa pihak pernah dipenjarakan karena kasus ini. Strategi lain juga ditawarkan, yakni menyediakn ‘joki’ alias peserta pengganti. Bisa dikatakan berbagai cara ‘ditemukan’ dan ditawarkan.

Fenomena ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Sekolah yang seharusnya menjadi kawah candra di muka untuk menciptakan murid murid cerdas dan berakhlak dan memahami proses dan nilai bahwa kerja keras akan menghasilkan, tidak terjadi. Peran sekolah menjadi tereduksi hanya menjadi lembaga stempel dan yang berhak mengeluarkan ijazah. Sekolah tidak lagi memiliki tanggung jawab moral untuk membentuk anak anak. Proses pendidikan telah tereduksi menjadi suatu proses untuk mendapatkan nilai pelajaran yang tinggi. Cara cara yang digunakan menjadi domain masing masing siswa. Sekolah bahkan berperan juga dalam merusak proses yang seharusnya.

Atas nama nama baik sekolah dan berimplikasi pada gambaran kualias pendidikan suatu kota atau provinsi, kerjasama dengan para pihak diupayakan untuk mendapat angka tinggi ini. Jika angka tinggi ini pun masih gagal di dapatkan, sekokah masih memiliki mekanisme ‘ajaib’ yakni katrol nilai.

Lengkaplah sudah carut marut fungsi sekolah. Peran utama sekolah telah diambil bimbingan belajar. Prestasi sekolah yang gilirannya menjadi gambaran prestasi kota atau provinsi yang dicerminkan oleh nilai nilai tinggi akan didapatkan dengan cara apa pun. Proses merusak ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Peran tertukar ini harus dikembalikam. Sekolahlah yang menjadi tempat belajar dan mendidik, bukan pusat-pusat bimbingan belajar ini yang menyuburkan orientasi hanya pada hasil akhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun