Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Revolusi Mental 1.0 Transjakarta

5 Maret 2016   22:59 Diperbarui: 5 Maret 2016   23:20 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut banyak kalangan, budaya ini sangat bagus dan membuat banyak personel DKI ‘kaget’ dan ‘marah’. Ini hanya soal kejutan budaya. Ahok tentunya pintar untuk kemudian memberikan kompensasi untuk staf balaikota yang bekerja keras dan berprestasi, termasuk juga di lingkungan Transjakarta. Kompensasi yang tinggi ini kadang membuat iri pegawai pemda di provinsi lain.

Memang masih terjadi, bus-bus Transjakarta yang terbaru sering sekali tampil dengan tampang yang kusam. Lantai yang tidak dibersihkan dan kaca yang kotor. Didalamnya, pendingin udara kadang tidak lagi mengeluarkan udara dingin. Ada juga bus yang untuk menarik dirinya pun tidak mampu. Setiap dihela, suara raungan gardannya menggetarkan rasa setiap penumpang. Padahal dari luar kelihatan masih bagus dan di dalamnya masih rapi.

Kopaja-kopaja yang baru bergabung pun demikian juga. Mereka hanya mengikuti seadanya. Sekedar memenuhi standar di permukaan. Permak dan kosmetik di bus sedang kopaja segera tanggal dan terkelupas padahal baru beroperasi dalam sebulan. Pintu yang mulai tidak bisa terbuka dengan normal, kulit pelapis kursi dan dinding yang cerai dengan dindingnya dan pendingin yang mulai hanya menghamburkan angin.

Kenyataan ini membuktikan bahwa masih banyak personel yang belum mampu untuk menterjemahkan arahan dari Ahok. Memerintah banyak pasukan memang tidak mudah, apalagi dengan budaya baru yang mengharuskan adanya perubahan perilaku. Kenyamanan selama ini yang dirasakan para pejabatnya, dikompensasi dengan kesengsaraan rakyat dalam menggunakan pelayanan Transjakarta. Kebijakan-kebijakan Ahok yang pro publik tentunya mengurangi kenikmatan para pejabat di lingkungan pemerintahan DKI. Kebijakan yang pro publik ini memaksa para pejabat ini untuk selalu bekerja. Tidak hanya bekerja, tetapi bekerja keras.

Kalau masih mau dirinci, dengan mudah ditemukan banyak bukti betapa bangsa ini memerlukan perubahan mentalitas. Perubahan mentalitas yang tidak hanya slogan. Sudah lama sekali slogan-slogan perubahan digunakan untuk merayu publik, tetapi lagi-lagi itu hanya di permukaan. Masih panjang perjalanannya untuk mencapai perubahan sesungguhnya.
Revolusi mental yang dicanangkan menjadi relevan. Ini bukan pekerjaan mudah juga. Mengubah perilaku butuh waktu yang cukup lama. Apalagi proses revolusi mental itu sendiri mendapat penentangan dari dalam, karena zona nyaman yang sudah sempat terbentuk. Zona Nyaman ini justru menghambat pelayanan publik kepada masyarakat.

Dalam pelayanan publik di Jakarta, dapat dikatakan, titik-titik terang ke arah sana sudah mulai kelihatan. Revolusi mental bergerak perlahan-lahan. Kondisi awal memang sangat buruk. Sistem yang tidak transparan dan koruptif sangat kental terjadi. Kepemimpinan Ahok yang tegas, bersih dan bergerak cepat, berusaha untuk menerapkan revolusi mental ini. Perubahan sudah banyak terjadi. Jika mau jujur, pelayanan-pelayanan administratif sudah mulai rapi dan tidak bertele-tele.

Kecepatan Ahok dalam bekerja diakui oleh Kapolda Metro Jaya. “Cepat sekali mengambil keputusan bekerja. Tiga hari omongan langsung berjalan, hanya 3 bulan langsung selesai markas Ditpolair. Ini gubernur kita lain dari yang lain," jelas Tito, Sabtu (27/2/2016) yang lalu.

Memang masih diperlukan upaya-upaya yang terus menerus untuk mendorong proses revolusi mental ini. Setiap masyarakat Jakarta harusnya mau menerima konsep ini. Masing-masing warga memiliki peran dan tanggung-jawab dalam proses revolusi mental ini. Tetapi memang harus dimulai dari para pejabat. Jika hanya slogan, maka tidak akan berhasil.

Dalam pelayanan transportasi publik yang difasilitasi melalui Transjakarta ini, revolusi mental ini sudah mulai berjalan. Ahok sudah menekankan kepada Direktur Transjakarta yang baru bahwa penyediaan pelayanan publik yang baik, aman, bersih dan nyaman adalah tujuan yang harus dicapai. Upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapainya harus dilakukan. Hal-hal yang menghalangi harus disingkirkan. Budaya-budaya yang tidak mencerminkan pelayanan publik yang baik harus dirubah.

Revolusi mental di Transjakarta sudah mulai menunjukkan hasilnya. Hal itu, setidaknya terlihat dari lantai jembatan penyeberangan orang dan halte Transjakarta yang mulai mengkilat, bus-bus yang sudah tidak rongsokan lagi dan sistem pembayaran yang sudah efisien, serta layanan transportasi publik yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun