Berjam-jam kita habiskan cuma buat foto-foto disana, bahkan cuma duduk diem aja menikmati pemandangan. Kita sempat beli bunga Edelweis juga loh. Bunga yang katanya abadi itu asal jangan kena aer aja. Jangan takut kelaparan, ada banyak warung makanan di sana. Kita sempat makan bakso di Bukit Teletubies, dan harganya terjangkau.
Ternyata kita enggak sampe sore, bisa gawat karena booking hotel cuma buat sehari. Jam 10 kita udah balik keluar Bromo, dan sepanjang perjalanan pulang kita cuma bisa takjub sama pemandangan sekitar kiri-kanan. Desa-desa di kawasan Bromo ini pemandangannya keren banget. Dan rute pergi tadi yang gelap gulita enggak bisa ngelihat apa-apa, ternyata semenawan ini.
Kembali ke hotel di Probolinggo, kita sempatin makan siang sebelum akhirnya meluncur ke Bali. Kita coba makan enggak jauh dari hotel karena kelaparan banget, pesen warung Lamongan menu pecel ayam.
Dan.. ternyata pecel ayam disini sama di Bangka jauh beda banget hahaha. Di sini memang beneran saosnya saos pecel (kacang-kacangan), kalo di Bangka pecel ayam itu ayam pake saos sambal tomat cabe. Alhasil kita makannya pada kepaksa karena enggak terlalu selera.
Sekitar jam 2, kita mulai meluncur---masih pake mobil Avanza, tapi dengan sopir yang berbeda. Ini kedua kalinya saya menggunakan jalur darat menuju Bali. Bedanya dulu sekitar tahun 2014 saya dan teman saya menggunakan kendaraan Bus yang sepanjang perjalanan musik dangdutnya enggak berhenti.
Sekarang, pake Jasa Travel mobil Avanza memang lebih fleksibel, lebih cepat, lebih bebas, puas tidur karena penumpangnya hanya saya dan adek. Hehehe.
Perjalanan darat kita menuju Bali melalui Pelabuhan Gilimanjuk, Banyuwangi, melewati kapal yang durasi perjalanannya cuma 1 jam perjalanan doang. Saya lupa biaya masuknya berapa karena memang udah include sama paket travel yang kita pake tapi yang jelas beda jenis kendaraan baik itu roda dua, roda empat, sampai kendaraan besar itu harganya berbeda.
Satu jam perjalanan menyeberang laut, di waktu maghrib pula, kita manfaatkan buat makan malam. Nasi kucing yang dijual sama ibu-ibu sebelum memasuki kapal, sama pop mie yang kita beli di dalam kapal. Maghrib saat itu memang syahdu, bawaan dinginnya Bromo pun lama-lama lenyap.