Mohon tunggu...
Ririn Oktarini
Ririn Oktarini Mohon Tunggu... Konsultan - Social Worker - Consultan Empowerment

a part time traveler who enjoy movie and book; sometimes wasting time with IG @rinoktarini and tweety @rinoktarinii

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Diary Traveler] Jalan-jalan ke Malang-Bali

31 Oktober 2019   19:41 Diperbarui: 31 Oktober 2019   19:52 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jam 4 kita tiba di Cemoro Lawang, sebuah desa kecil yang jaraknya enggak jauh dari Bromo (sekitar 1 jam). Cemoro Lawang ini sebagai tempat Pos 1 dimana kita udah mulai berkendara pake Jeep Hardtop, dengan driver yang berbeda.

"Pas disana, Puasin aja ya, Mbak, mau balik sore juga enggak papa, saya tunggu disini, oya mau Jeep warna apa?" tanya si bapak driver yang baik hati. 

Adek saya kebangetan pengen warna merah, alhasil kita melakukan perjalanan menuju Bromo dengan disopiri Bapak yang namanya Sugeng pake Jeep Hardtop merah. Berasa tjakep banget kita wkwkwk.

Lagi-lagi karena masih gelap, kita cuma bisa ngelihat lampu-lampu kendaraan lain yang berjejer, sekalipun kita sadar kalau kita mulai naik perbukitan.

Saat jalanan mulai macet, dan kita udah enggak bisa naik lagi. Pak Sugeng nyaranin untuk jalan kaki menuju ke salah satu view point. Dikarenakan mobil kita agak jauh dari jarak spot utama, akhirnya kita milih ke view point yang terjangkau aja, yang enggak perlu capek-capek ndaki, karena masih pagi banget kita enggak mau kecapekan. 

Ditemenin Pak Sugeng ke lokasi pake senter yang ternyata udah rame banget. Dingin udah merayap ke tubuh, hembusan nafas juga berasap, tapi situasi masih gelap gulita. Saya dan adek saya udah mulai searching lokasi buat dapet sunrise tanpa gangguan orang berlalu lalang.

Asli, untuk kita yang tinggal di Bangka Belitung yang suhu udaranya hangat, jarang hujan, dan topografinya dataran rendah tanpa banyak perbukitan, udara sedingin ini memang nyaris bikin kita pesimis. Kita berdua sampe pelukan saking dinginnya.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Hingga akhirnya, matahari mulai naik, dan Gunung Bromo mulai kelihatan taringnya. Tjakep banget!!!

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Selama beberapa sesaat kita cuma takjub menikmati pergantian warna pemandangan dari naiknya matahari, enggak berhenti untuk bersyukur dan menghargai ciptaan Allah. Rasanya mau nangis saja menyadari bahwa diri ini cuma secuil dari kuasanya, sampai akhirnya kita mulai sibuk berfoto ria.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Turun dari view point, kita balik ke mobil, melakukan perjalanan menuju Bromo. You know what, setiap jengkal kawasan Bromo ini penuh dengan sejuta spot yang oke banget, kita juga beberapa kali minta Pak Sugeng buat parkir demi foto-foto. Naik turun, muter-muter. Pemandangannya keren banget.

Kita memilih untuk enggak naik buat melihat kawah Bromo, karena beberapa alasan sih. Pertama, takut kecapekan. Kedua, enggak terlalu tertarik buat ngelihat kawahnya kayak gimana. Dah gitu aja, jadi akhirnya kita mulai menuju Padang Savana, Pasir Berbisik, dan Bukit Teletubies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun