Mohon tunggu...
Ririn Oktarini
Ririn Oktarini Mohon Tunggu... Konsultan - Social Worker - Consultan Empowerment

a part time traveler who enjoy movie and book; sometimes wasting time with IG @rinoktarini and tweety @rinoktarinii

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Diary Traveler] Jalan-jalan ke Malang-Bali

31 Oktober 2019   19:41 Diperbarui: 31 Oktober 2019   19:52 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Biaya masuk ke lokasi wisata petik apel Cuma Rp. 5000,- diluar parkir mobil. Kita mesti jalan kaki sekitar setengah kilo dari tempat parkir buat ke kawasan kebunnya. Enggak bikin capek kok, lagi-lagi karena kiri kanan banyak kebun. Ada kebun bunga, wortel, juga apel.

Saya termasuk orang yang enggak terlalu suka makan apel, tapi memang saya kagum dengan bagaimana pemerintah bersama masyarakat melakukan pemanfaatan produk unggulan daerah yang dibuat menjadi tempat wisata seperti ini.

Harganya sih enggak seberapa dan terjangkau, satu kilo apel cuma sekitar 5-15 ribu rupiah tergantung jenis apelnya, biaya masuk pun murah meriah, yang memang menjual dari wisata ini adalah bagaimana turis baik itu domestik maupun luar negeri ngerasain sensasi memetik apelnya yang dicari. A best sensation.

Selesai metik apel, tapi enggak belanja karena bapak drivernya nyaranin di kantongin aja di dalem tas beberapa buah buat camilan. Si Bapak malah nyaranin belanja buah apelnya di pinggir-pinggir jalan aja. Luar biasa, kan? The best memang si bapak teh. :D

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Selesai dari metik buah, perjalanan kita dilanjutkan ke Museum Angkut. Sebenarnya kita mau ke Taman Selecta sama Coban yang ada di Batu, tapi karena udah kesorean, bad time buat ke daerah hutan-hutan apalagi jarak dan cuaca yang kurang mendukung karena sedikit gerimis.

Biaya ke Museum Angkut sekitar Rp. 100.000,-/ orang, dan subhanallah puas banget, saya juga sampe pegel karena banyak banget spot-spot foto di Museum Angkut dan luas banget.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Nyesel enggak menapaki Coban sama wisata-wisata lain karena kesorean? Enggak kok. So far kita puas, dan kita tetap jadi traveler yang sopan, manut, dan enggak memaksakan kehendak mau ini-itu sama travel.

Kita makan malam di salah satu rumah makan padang di Batu, kemudian mulai perjalanan ke Probolinggo kurang lebih dua jam buat besok paginya tancap ke Bromo. 

Kenapa Probolinggo? Soalnya kata Bapak driver kebanyakan penginapan, hotel, guest house, atau homestay yang ada di kawasan Bromo itu kurang bersih, kurang banyak fasilitas, dan suhunya dingin banget karena secara kawasan perbukitan. Kita oke-oke saja yang penting nyaman.

Sampai di penginapan, syukurnya shower-nya hangat jadi worth it banget buat ngilangin pegel-pegel. Waktu tidur kita cuma sekitar 4 jam karena jam 1 kita mulai melakukan perjalanan menuju kawasan Bromo.

Bayangkan, tengah malam udah berkendara aja ini gelap gulita. Kita udah enggak fokus lagi ke jalan karena secara gelap, kita enggak tahu kiri-kanan kayak apa, tapi yang jelas jalanan enggak sepi-sepi amat sama kendaraan lain. Terkadang laju mobil cukup ngebut, tapi sering juga pelan karena jalannya jelek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun