***
Pagi, aku bangun seperti biasa. Menyiapkan sarapan seperti biasanya. Namun, Mas Reza tak lagi menyentuh makananku. Ia buru-buru berangkat ke kantor. Ia hanya memberikan amplop uang belanja. Hal yang biasa ia lakukan. Tak ada basa-basi sedikitpun dari bibirnya. Berlalu begitu saja.
Kubiarkan amplop itu tergeletak di atas meja. Tak ada niat sedikitpun untuk membukanya.
Seminggu kemudian, aku baru membuka amplop itu saat uang belanjaku sudah habis.
Kutemukan secarik kertas dengan tulisan tangan yang sedikit berantakan.
Aku tidak tahu cara mencintaimu..
Aku tidak tahu cara mengukir senyum di wajahmu.
Aku hanya bisa memberikan ini. Masa depan untukmu dan calon anak-anak kita.
Aku bekerja keras sejak pagi hingga malam hanya untukmu.Â
Aku tidak ingin tanganmu terluka oleh pisau hanya karena membuatkanku sarapan.
Aku tidak ingin tanganmu mengeriput hanya karena membersihkan pakaianku.