"Oh... anakku, apa yang terjadi denganmu?" Ibu Tara terkejut melihat kedatangan Maria dan Tuwit.
"Tara telah meninggal. Dia telah meminum air di danau beracun itu." Maria menjelaskan.
Ibu dan Ayah Tara menangisi kepergian Tara. Ia tidak menyangka jika anaknya pun menjadi korban danau kematian itu.
Semua penduduk hutan berkumpul ketika mendengar tangisan histeris dari salah satu anggota keluarga yang tinggal di hutan itu.
"Apa yang terjadi dengan danau itu? Bukankah sejak dulu kami sering bermain dan meminum air di danau itu?" tanya Tuwit polos.
"Danau itu kini telah beracun. Tidak dapat kita minum lagi airnya. Sebaiknya kita semua berhati-hati." Ibu Tuwit memperingatkan.
"Apa yang membuat danau itu beracun?" tanya Tuwit.
"Semenjak manusia mengambil batu hitam dari dalam bumi, hutan kita tidak lagi aman. Bahkan, sudah banyak yang menjadi korban. Banyak teman-teman kita yang mati karena meminum air yang sudah mengandung racun. Banyak juga teman-teman kita yang kehilangan rumah karena hutan terus ditebangi." Bujang, Si Orang Utan cerdas menjelaskan.
"Apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan hutan ini? Haruskah kita kehilangan rumah kita untuk selamanya?" Mata Tuwit berlinang air mata mendengar penjelasan Bujang.
"Kita tidak bisa apa-apa. Kita akan hilang karena alam dan manusia tak lagi bersahabat." Bujang mengelus dagunya.
"Apa kita semua akan bernasib sama seperti Tara?" tanya Tuwit.