Taehoon menggeleng. "Nae jeonhwagiga jokeosseo." (ponsel saya mati)
"Kogjeoghal pilyoebseo, naega dowajulge." ( kamu tidak usah kuatir, saya akan membantumu)
"Gamsahamnida." (terima kasih).
Kocak kan ceritanya?. Aku belajar banyak dari dialog yang ada dalam cerita itu, karena alur ceritanya memang unik dan lucu sehingga membuat kita menjadi "perhatian" dan lebih fokus dalam memahami bahasa Korea yang digunakan dalam percakapan dan mencoba memahami langsung dari artinya. Apalagi dialognya hanya dialog biasa berupa daily activity yang umum dan sering dilakukan dalam komunikasi sehari-hari.
Menurutku menarik juga merancang sebuah buku yang didalamnya menggunakan pendekatan cerita fiksi yang kocak sebagai sebuah cara atau pendekatan baru memudahkan kita mempelajari bahasa asing, terutama bahasa Korea.
Pembelajaran lain yang juga sering aku lakukan melalui lagu. Aku menyukai lagu Only milik Lee Hi yang pernah sangat populer karena menjadi ost drama Korea Hometown Cha-Cha-Cha, setelah dikenalkan oleh putriku yang sekarang juga pintar berbahasa Korea karena mendengarkan lagu dan menonton K-Drama. Setiap bait lagu berikut terjemahannya menjadi sangat membantu saya memahami bahasa Korea dengan lebih mudah.
Aku mengizinkannya berinteraksi dengan budaya Korea melalui lagu dan film dalam konteks menjadi cara pembelajaran yang memudahkan dan asyik dalam mempelajari bahasa dan budaya baru dari Korea itu.
Menurutku sah-sah saja mendengarkan lagu-lagu K-Pop dan menonton K-Drama sejauh itu bisa juga memberikan manfaat positif.
Memangnya siapa hari gini yang bisa melarang anak untuk melakukan hal itu semua. Dunia gadget sudah menjadi dunia yang sangat privasi sehingga sulit, dan tidak sepenuhnya mudah bagi para orang tua dengan seorang putri seperti saya untuk bisa terus mengontrolnya setiap saat.