Kebhinekaan kita dengan keanekaragaman agama dan budaya yang dimilikinya memiliki catatan penting yang bisa menjadi pembelajaran.Â
Memiliki lebih dari 17.000 pulau dan lebih dari 300 kelompok etnis, sebenarnya sebuah tantangan besar untuk bisa menyatukannya, dan negara kita menjadi contoh yang baik dalam wujud masyarakat yang hidup berdampingan meskipun memiliki perbedaan mendasar.
Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan laporan internasional seperti dari Pew Research Center, Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, tetapi juga rumah bagi komunitas Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan kepercayaan lokal yang terus berkembang.
Kunjungan Paus menjadi pengakuan atas upaya Indonesia dalam merawat keragaman ini dan bisa menjadi simbol bagi upaya dunia dalam mempromosikan toleransi antarumat beragama.
Kunjungan Paus, Perdamaian dan Toleransi KeberagamanÂ
Keberagaman kita sering dipuji sebagai salah satu yang terbaik di ASEAN dan Asia. Konsep Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu jua," adalah fondasi dari integrasi sosial dan politik negara ini. Berbeda-beda dalam pemahaman dan keyakinan, namun memiliki satu tujuan tentang kebersamaan, perdamaian.
Kunjungan Paus bisa dilihat sebagai peluang untuk memperkuat narasi positif tentang keberagaman di Indonesia. Paus dikenal sebagai pemimpin yang pesan-pesannya tentang persatuan sangat relevan dalam konteks Indonesia.
Secara terbuka selama ini Paus menentang segala bentuk diskriminasi dan kekerasan berbasis agama dan etnis, sehingga kedatangannya bisa menjadi dorongan bagi masyarakat Indonesia untuk lebih bersatu dan memperkuat nilai-nilai toleransi.
Harapan kita tentu saja kunjungannya bisa membawa pesan yang semakin memperkuat semangat persatuan dan toleransi di negara kita, untuk dibagikan kepada masyarakat dunia. Pesan-pesan tentang perdamaian dan keadilan mencakup ajakan untuk merangkul perbedaan sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Apalagi di tengah dinamika sosial yang terus berkembang, pesan ini bisa menjadi panduan bagi banyak pihak dalam mengatasi perbedaan dan konflik yang mungkin timbul.
Sebagai contoh, adalah perlunya kita fokus pada dialog antaragama dan penekanan pada hak asasi manusia. Kunjungan ini tidak hanya bisa menjadi platform untuk melanjutkan dialog tersebut, tapi dengan menyoroti bagaimana masyarakat Indonesia bisa lebih efektif mengatasi tantangan-tantangan terkait maslah keberagamannya.
Pesan tentang inklusi dan penghargaan terhadap hak-hak minoritas akan sangat berharga dalam kaitannya dengan keberagaman di negara kita, karena masalah tersebut sering menjadi pusat perhatian dan diskusi kita.
Memang harapan terbesar kita, kunjungan Paus tidak hanya menjadi sekedar simbolis tetapi juga harus berdampak praktis. Ini menjadi momen untuk merayakan keberagaman Indonesia secara lebih luas, dengan mengundang masyarakat internasional untuk melihat bagaimana keberagaman ini dijaga dan dipelihara.
Selain itu, kunjungan ini juga bisa memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional sebagai model keberagaman yang berhasil, sekaligus menegaskan komitmen negara dalam mempromosikan toleransi. Ini adalah tujuan utama yang ingin kita "sampaikan secara luas" kepada masyarakat di seluruh dunia.
Membangun jembatan antar kelompok berbeda, dan merespons tantangan-tantangan keberagaman dengan cara yang lebih konstruktif. Ini sekaligus menjadi bagian integral kita dalam merayakan dan merawat keragaman sebagai identitas nasional. Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H