Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Es Dung-Dung Jadul Juga Perlu Revitalisasi dan Inovasi Agar Bisa Bertahan

26 Agustus 2024   23:04 Diperbarui: 29 Agustus 2024   14:36 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak varian es krim tradisional yang sangat menarik ada di sekeliling kita, mulai dari es lilin, es potong, es goyang, es kado, es dung-dung, es mony, es gabus dan es serut pelangi. Namun harus bertahan dengan susah payah atau perlahan hilang karena harus bersaing keras dengan es kekinian.

Hingga saat ini, kita masih tetap bisa menikmati es krim tradisional, bahkan onomatope atau sebutannya juga mengikut kebiasaan suara penjualanya atau bentuk pemasarannya. Seperti Es "Tung-Tung atau Dung-Dung" karena berasal dari bunyi "tung-tung" yang dihasilkan oleh penjual es krim tradisional ketika mengetuk atau memukul kenong (alat musik tradisional) sebagai cara menarik perhatian pembeli. 

Kita sebenarnya berharap es krim tradisional seperti itu sudah semestinya dilestarikan. Sewaktu kecil, saya pernah melihat bagaimana penjual es krim serut membuat es tersebut dengan cara yang sangat tradisional. Dengan cara mencampur santan, susu dan perasa ke dalam tabung panjang terbuat dari sejenis logam, mungkin alumunium. 

Tabung tersebut diputar di dalam es yang dicampur dengan butiran garam. Dengan cara diputar terus menerus, maka campuran cairan di dalam tabung akan membeku dan menjadi es krim yang biasa dijajakan dengan sepeda dalam tabung kayu.

Es goyang yang lezat | Sumber gambar kompas.com
Es goyang yang lezat | Sumber gambar kompas.com

Dan hingga saat ini dung-dung dengan perasa yang sudah dimodifikasi masih tetap menjadi favorit saya karena citarasa dan kenangan yang dibawanya terus lekat di dalam benak.

Teknologi dan cara pengolahan tradisional seperti itu sebenarnya sebuah daya tarik yang memiliki nilai jual tinggi. Hanya saja seiring dengan perkembangan waktu, gempuran es krim modern dengan alat canggih dan banyaknya varian yang ditawarkan dengan harga yang lebih murah, menyebabkan secara perlahan para pedagang es krim tradisional gulung tikar. 

Patut disayangkan, karena es krim tradisional, sebenarnya telah menjadi bagian dari tradisi kuliner kita yang harus tetap dijaga lestarinya.

Butuh Solusi dan Pendekatan Strategis

Memang tidak mudah menyikapi fenomena kehadiran es krim modern yang menjadi pesaing berat para pembuat es krim tradisional. Dominasi yang terlalu kuat adalah ancaman yang nyata di depan mata di tengah upaya kita tetap menjaga es krim tradisional bisa tetap bertahan.

Dalam beberapa tahun terakhir, es krim modern dengan berbagai inovasi rasa, kemasan, dan teknologi produksi telah mengambil alih pasar dan menggeser es krim tradisional dari tempatnya yang semula menjadi favorit. 

Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi industri makanan, tetapi juga mengancam eksistensi es krim tradisional yang kaya akan nilai budaya dan sejarah. 

Menghadapi situasi ini, penting untuk mengeksplorasi solusi dan pendekatan strategis yang bisa membantu es krim tradisional tetap relevan dan bersaing di pasar yang semakin dikuasai oleh produk modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun