Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kita Butuh Stimulan agar Berjalan Kaki Menjadi Gaya Hidup Sehat Keseharian

25 Agustus 2024   18:28 Diperbarui: 26 Agustus 2024   08:34 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas jalan kaki dan bersepeda di car free day/sumber gambar megapolitan kompas

Jika menyebut olahraga, maka bayangan kita yang paling sederhana mungkin jogging-berlari dengan kecepatan lambat atau santai. Ukuran kecepatan jogging antara 4 dan 6 mil per jam (6,4 dan 9,7 km / jam), bukannya berjalan kaki.

Padahal berjalan kaki adalah kebiasaan sederhana yang sangat bermanfaat namun sering kita abaikan dalam kehidupan keseharian kita.

Di banyak negara berjalan kaki menjadi aktivitas yang umum dilakukan, bukan karena mereka tidak memiliki kendaraan, namun sudah menjadi bagian dari gaya hidup.

Banyak orang mungkin merasa aktivitas ini terlalu biasa untuk dianggap sebagai bagian penting dari rutinitas kesehatan atau olahraga, namun banyak studi justru menunjukkan bahwa manfaat dari berjalan kaki sangat besar. 

Dengan kesibukan setiap harinya, selain memanfaatkan lingkungan di sekolah, maka setiap akhir pekan menjadi waktu yang tidak pernah saya sia-siakan, usai shalat subuh, jika tidak sempat mengunjungi Car free day, maka jalanan kampus yang asri dan teduh menjadi pilihan utama, sebelum rehat duduk di taman kampus.

Untuk satu putaran saja, sudah cukup membuat badan bugar, rasanya itu sudah setara dengan 10.000 langkah.

Aktivitas berjalan kaki selain menyehatkan badan juga membuat pikiran rileks. Itulah mengapa negara seperti Singapura terus mendorong inisiatif membangun Park Connector Network (PCN) hingga 42 km panjangnya.

Salah satu tujuannya adalah agar para pesepeda atau pejalan kaki bisa menikmati rindangnya pepohonan sembari menghirup udara yang bersih dan suasana yang nyaman bebas dari bising kendaraan bermotor (non-motorized transportation) di kota mereka yang padat.

PCN adalah koridor hijau yang menghubungkan taman-taman utama dan terhubung dengan area di sekitarnya seperti pemukiman, pemberhentian bus, stasiun MRT dan juga pasar atau pertokoan. Koridor hijau ini juga banyak fungsinya. Warga kota bisa menggunakannya untuk berjalan kaki, bersepeda ataupun ber-rollerblade sambil menikmati petualangan rekreasi alami.

Sebenarnya kebiasaan berjalan kaki juga bukan muncul dengan sendirinya.

Budaya berjalan kaki ini juga didorong atau dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk tata kota yang padat, sistem transportasi umum yang efisien, dan nilai-nilai budaya yang menekankan kesehatan dan kebugaran.

Artinya ada stimulan atau rangsangan yang bisa mendorong kita menjadi lebih aktif dan terbiasa menjalankan aktivitas berjalan kaki.

Jadi kebiasaan berjalan kaki tidak hanya dilihat sebagai cara untuk berpindah tempat, tetapi juga sebagai bentuk olahraga dan mediasi mental yang penting. 

Nah, inilah yang belum menjadi kebiasaan atau budaya di negara kita. Jika selama ini orang berjalan kaki, mungkin karena memang tidak memiliki kendaraan, atau karena tidak adanya transportasi yang tersedia untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.

Jalan pagi sehat menyegarkan/ sumber gambar kompas health
Jalan pagi sehat menyegarkan/ sumber gambar kompas health

Misalnya, begitu turun dari kereta api, ingin melanjutkan ke kantor, karena ketiadaan transportasi lain, maka kita memilih berjalan kaki. Jadi bukan karena kebiasaan atau budaya tapi bisa jadi karena terpaksa. Inilah mengapa Pemerintah dalam merancang tata kota juga harus mempertimbangkan bentuk tata ruang yang bisa mengakomodir kebutuhan orang untuk bisa menikmati kebutuhan untuk berjalan kaki dengan nyaman di perkotaan.

Kebiasaan berjalan kaki di Jepang misalnya, telah dimulai sejak dini. Anak-anak Jepang, sering terlihat berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah mereka, bahkan di kota-kota besar, karena ada aturan yang mengikat tentang hal tersebut. 

Jadi ini bukan hanya tentang menghemat biaya transportasi tetapi juga tentang membangun kebiasaan sehat sejak kecil. Dengan jarak yang sering kali hanya beberapa kilometer dari rumah, anak-anak terbiasa dengan aktivitas fisik sehari-hari.

Selain itu, sekolah-sekolah Jepang juga mengintegrasikan pendidikan tentang kesehatan dan kebugaran ke dalam kurikulum mereka, sehingga anak-anak memahami pentingnya beraktivitas fisik.

Rasanya sebagian kita saat kecil juga terbiasa berjalan kaki ke sekolah, bukan sebagai suatu beban, meskipun memang alasannya tidak persis seperti yang dilakukan anak-anak di Jepang sebagai sebuah kebiasaan atau budaya.

Selama perjalanan ke kantor atau sekolah, banyak orang di beberapa negara memanfaatkan waktu mereka dengan berjalan kaki. Apalagi kota dengan infrastruktur yang mendukung kebiasaan ini. Terutama adanya jalan-jalan yang dirancang dengan baik untuk pejalan kaki, dengan trotoar yang lebar dan aman, serta rambu-rambu yang jelas. 

Selain itu, kota juga seharusnya memiliki banyak taman dan area hijau yang memudahkan orang untuk berjalan kaki dengan nyaman.

Misalnya, antara stasiun kereta dan bus terhubung dengan jalur pejalan kaki yang memudahkan masyarakat untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki dari dan ke tempat-tempat umum. Ini yang semestinya terus didorong dan dikembangkan di kota-kota besar kita saat ini.

Manfaat kesehatan dari kebiasaan berjalan kaki tidak bisa dipandang sebelah mata. Berjalan kaki secara teratur membantu menurunkan risiko berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. Di negara dengan kebiasaan berjalan kaki yang telah rutin dan membudaya, tingkat obesitas jauh lebih rendah dibandingkan dengan banyak negara lain. Penelitian menunjukkan bahwa ternyata masyarakat Jepang memiliki harapan hidup yang lebih tinggi, sebagian besar berkat gaya hidup aktif dan diet yang sehat.

Kesehatan mental ternyata juga bisa mendapatkan manfaat besar dari kebiasaan berjalan kaki. Apalagi yang tinggal di perkotaan yang aktivitasnya sangat cepat dan penuh tekanan. Berjalan kaki bisa memberikan kesempatan bagi kita menjadi semacam refleksi dan relaksasi. 

Bayangkan jika kita berjalan di taman atau sepanjang jalan-jalan yang indah bisa membantu kita mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Bahkan aktivitas berjalan kaki juga diyakini menjadi cara yang efektif untuk mengatasi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur kita.

Jadi bagi yang susah tidur, tidak memerlukan obat untuk merangsang kantuknya.

Aktivitas jalan kaki dan bersepeda di car free day/sumber gambar megapolitan kompas
Aktivitas jalan kaki dan bersepeda di car free day/sumber gambar megapolitan kompas

Perlunya Pembiasaan dan Stimulan

Berjalan kaki di beberapa negara juga merupakan bagian dari budaya dan tradisi yang lebih luas. Festival-festival tradisional, seperti Matsuri di Jepang, sering kali melibatkan parade yang memerlukan banyak berjalan kaki. 

Banyak orang Jepang yang juga berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi seperti hiking di pegunungan atau jalan-jalan santai di taman, yang menunjukkan bagaimana berjalan kaki bisa menjadi bagian dari pengalaman sosial dan budaya. Begitu juga yang dilakukan orang di Nepal atau di Alpen, sebagai bentuk pemanasan sebelum bermain ski.

Namun, bukan hanya anak-anak dan orang dewasa yang merasakan manfaat berjalan kaki. Orang tua juga akan mendapatkan banyak manfaat dengan berjalan kaki. Selain memberikan manfaat fisik, juga kesempatan untuk bersosialisasi dan membangun ikatan sosial.

Menjaga konsistensi dalam kebiasaan berjalan kaki memang memerlukan perencanaan dan motivasi. Banyak orang yang merasa terdorong untuk terus berjalan kaki karena adanya dukungan dari teman, keluarga, dan lingkungan sekitar. Apalagi jika kita memandang kebiasaan ini sebagai bagian dari tanggung jawab pribadi terhadap kesehatan, yang memperkuat motivasi untuk tetap aktif.

Sebagai masyarakat yang ingin hidup sehat, kita bisa mengambil pelajaran dari kebiasaan berjalan kaki di negara dengan tingkat kesehatan para lansianya yang berumur panjang, agar kita bisa mencontohnya dalam keseharian kita. 

Meskipun mungkin sulit untuk mencapai tingkat yang sama dari konsistensi dan keterlibatan, ada banyak cara untuk memulai. Misalnya, kita bisa mencoba untuk berjalan kaki lebih banyak dalam rutinitas sehari-hari kita, seperti berjalan ke tempat kerja jika memungkinkan, atau menjadikan berjalan kaki sebagai bagian dari aktivitas keluarga. Atau kebiasaan berjalan kaki di area kantor, sekolah yang mungkin bisa dijangkau, tanpa harus manja mengandalkan transportasi.

Penting juga untuk mengingat bahwa bahkan langkah kecil pun memiliki manfaat. Memulai dengan 3.000 langkah per hari dan secara bertahap meningkatkannya hingga 10.000 langkah adalah pendekatan yang realistis bagi banyak orang. 

Menjaga motivasi dan menemukan cara untuk menikmati aktivitas ini, seperti melalui mendengarkan musik atau menjelajahi lingkungan baru, bisa membuat kebiasaan ini lebih menyenangkan.

Mungkin kita memancingnya dengan berkunjung ke Car Free Days di setiap akhir pekan, atau pulang-pergi dari tempat ibadah jika masih mungkin bisa dijangkau.

Karena pelan namun pasti, kebiasaan berjalan kaki yang dijalankan dengan konsisten dan dalam kehidupan sehari-hari bisa menawarkan manfaat yang sangat berharga untuk kesehatan fisik dan mental kita. 

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita bisa meraih manfaat dan meningkatkan kualitas hidup kita. Bahwa berjalan kaki bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih besar dalam hidup kita. Mungkin itu yang selama ini kita abaikan dan kurang kita pahami. Salam sehat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun