Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Nomophobia, Hidup Stres Tanpa Smartphone

19 Agustus 2024   23:00 Diperbarui: 21 Agustus 2024   21:01 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tahun 2019 pernah tayang sebuah film menarik "Lunana: A Yak in the Classroom". Film  dokumenter ini mengangkat kehidupan seorang guru yang dikirim ke sebuah desa terpencil di Nepal. Tapi film ini sebenarnya juga memberi gambaran kepada kita betapa kita telah begitu tergantung kepada teknologi--yang memudahkan di satu sisi, namun juga berdampak buruk di sisi yang lain.

Menawarkan pandangan yang jarang terlihat tentang tantangan yang dihadapi dalam pendidikan di lingkungan yang ekstrem. Di tengah pegunungan Himalaya, ia menghadapi tantangan besar yang datang bersama kehidupan di lingkungan yang sangat berbeda dari yang biasa ia hadapi. Film ini menyoroti kesulitan komunikasi yang dialaminya karena tidak adanya sinyal ponsel dan tantangan sehari-hari yang dihadapi oleh masyarakat lokal, terutama dalam konteks pendidikan.

Guru yang menjadi fokus film ini digambarkan dengan sangat manusiawi. Penonton dapat melihat proses adaptasinya dari seorang profesional yang terlatih menjadi seseorang yang harus berjuang untuk berintegrasi dalam komunitas yang sangat berbeda. 

Penampilan dan dedikasi guru ini, meskipun menghadapi tantangan besar, menunjukkan ketulusan dan kemauan untuk membuat perbedaan dalam kehidupan siswa-siswanya.

Namun yang terpenting bahwa film ini menekankan pentingnya komunikasi dan adaptasi dalam konteks pendidikan internasional. Ini juga menunjukkan bagaimana teknologi dan keterbatasan infrastruktur dapat mempengaruhi upaya-upaya bantuan dan pendidikan. 

Apalagi di kekinian zaman, ketika komunikasi, digitalisasi telah masuk ke segala lini kehidupan. Dengan begitu besar manfaatnya, begitu juga besar ketergantungan kita terhadap teknologi.

Nomophobia yang Diidap Banyak Orang

Nomophobia adalah fobia spesifik yang membuat seseorang merasa cemas dan takut berlebihan saat berjauhan dengan ponsel. Istilah ini berasal dari ungkapan dalam bahasa Inggris "No Mobile Phone Phobia", yang berarti tanpa smartphone menjadi fobia.

Nomophobia biasanya berawal dari kecanduan ponsel, sehingga menyebabkan seseorang merasa khawatir terus-menerus setiap tidak bisa menggunakan atau memeriksa ponselnya. 

Gejala yang mungkin terjadi ketika seseorang mengalami Nomophobia antara lain:

Gelaja Emosional: Panik atau ketakutan ketika tidak bersama dengan ponsel, kecemasan berlebih ketika diharuskan meletakan ponsel, panik atau kecemasan jika tidak dapat menemukan ponsel, stress ketika tidak dapat memeriksa konten dari ponsel.

Gejala Fisik: Rasa sesak di dada, kesulitan bernafas dengan normal, tremor, keringat berlebih, merasa pusing, denyut nadi meningkat.

Bahkan orang yang mengalami nomophobia mungkin juga: Terus-menerus mengecek ponselnya, Membawa ponsel ke mana pun ia pergi (termasuk ke kamar mandi dan toilet), Menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari menggunakan ponselnya, Mengalami perasaan tidak berdaya saat ia terpisah dari ponselnya, Terlihat merasa gelisah jika sinyal ponselnya tiba-tiba hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun