Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Andri dan Sekolah Anak Para Pemulung di Pinggir Krueng Aceh

18 Juli 2024   10:57 Diperbarui: 21 Juli 2024   03:11 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak belajar di sekolah anak jalanan | Sumber gambar ruanguru.com

Ilustrasi anak-anak belajar di sekolah anak jalanan | Sumber gambar ruanguru.com
Ilustrasi anak-anak belajar di sekolah anak jalanan | Sumber gambar ruanguru.com

Sekolah Nonformal Untuk Anak Jalanan

Tak sedikit anak-anak di jalanan atau yang bekerja di tempat pemulungan sampah tak bersekolah, mereka membantu para orang tuanya.

Namun tidak sedikit juga para orang tua yang berprofesi sebagai pemulung tetap memprioritaskan pendidikan di sekolah formal buat anak-anak mereka di tengah keterbatasan tersebut karena mereka memiliki keyakinan agar anaknya menjadi lebih baik nasibnya nanti.

Selain masalah ekonomi, mahalnya biaya pendidikan si sekolah juga menjadi masalah yang menurut Andri, menjadi alasan para anak-anak jalanan dan pemulung itu tidak bisa bersekolah, padahal hampir sebagian besar mereka ingin bersekolah di sekolah seperti teman sebaya mereka.

Sekolah Jalanan milik Andri dan seorang teman "aktifis jalanan" itu adalah lembaga pembelajaran nonformal yang mengisi ruang-ruang kosong yang belum sepenuhnya bisa disediakan Pemerintah. 

Dengan inisiatif sendiri Andri dan temannya mencari buku-buku "pelajarannya" juga dari tempat pemulungan atau sumbangan orang-orang yang peduli dengan kegiatannya. Tidak mesti harus buku pelajaran sekolah, buku apa saja selama memiliki materi positif dijadikan Andri sebagai bahan mengajarnya.

Ia sendiri juga bukan warga setempat, tapi juga perantau yang datang dan kerja serabutan dan tinggal di tempat darurat, namun ia tetap memiliki kepedulian terhadap nasib anak-anak jalanan.

Sekolah-sekolah atas inisiatif personal seperti milik Andri selama ini jarang tersentuh oleh pihak terkait, terutama karena koneksi atau komunikasi diantara mereka tidak ada.

Pemerintah juga masih menganggap bahwa sekolah-sekolah para anak jalanan seperti itu masih bersifat sementara, sehingga belum bisa memberikan solusi konkret.

Dan seperti dikatakan Andri, karena semuanya masih berjalan apa adanya, jadi ia masih merasa sungkan jika harus melapor dan meminta bantuan kepada Pemerintah melalui dinas pendidikan yang ada. Namun di tingkat kampung di sekitar mereka tinggal sudah mulai peduli dengan memberi bantuan, seperti tempat belajarnya.

Sekolah Jalanan (Sekolah Anak Jalanan) selama ini kita pahami sebagai sekolah yang diadakan untuk anak-anak jalanan yang tidak memiliki akses atau terbatas dalam mengakses pendidikan formal. Sekolah ini bisa berlokasi di jalan-jalan, taman, atau tempat umum lainnya. Guru biasanya adalah relawan yang peduli terhadap pendidikan anak-anak ini.

Sekolah non-formal menjadi ruang pendidikan alternatif, terutama karena mencakup berbagai jenis pendidikan yang tidak diatur oleh pemerintah dan sering kali lebih fleksibel dalam metodenya. 

Termasuk jenisnya adalah sekolah berbasis komunitas, pendidikan berbasis rumah (homeschooling), atau program pendidikan non-formal lainnya karena tidak terdaftar dan tidak diatur secara resmi oleh pemerintah seperti sekolah formal pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun