Sesorang menuliskan pengalamannya di instagram tentang penipuan yang dialaminya. Ia baru pertama sekali menjadi pedagang online untuk bisnis merchandise. Setelah di toko onlinenya di publis, masuklah orderan pertama.
Memesan dua buah kaos dengan permintaan desain khusus. Karena begitu gembira si pemilik toko online ini tidak menyadari telah melakukan kesalahan fatal. Ceritanya, saat si pengorder kesulitan melakukan pembayaran online, dengan dalih ada masalah teknis, ia meminta data bank tertentu semacam sandi.
Ia lantas mengirim data pribadinya itu, ia tak menyadarinya sama sekali. Barulah saat mengecek bukti pembayaran yang katanya sudah dikirim, ternyata yang terjadi adalah seluruh saldo di dalam rekeningnya bobol!. Masih beruntung menurut si "korban" karena kebiasaannya menarik dana di rekening penjualan dan memindahkannya ke rekening khusus, masih menyelamatkan dananya. Jika tidak maka akan tandas seluruh tabungannya.
Pelajaran penting dari kasus ini adalah bahwa, dalam era digital dimana kemudahan bertransaksi begitu memanjakan para konsumen maupun para pedagang, juga banyak hal-hal yang harus kita waspadai, apalagi jika kita memang gatek.
Jadi, di era digital ini, data pribadi bagaikan harta karun yang menggiurkan. Namun di balik kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, bahaya mengintai di balik setiap klik dan unggahan. Kebocoran data pribadi menjadi momok menakutkan yang kian marak terjadi, bagaikan bom waktu yang siap meledak kapan saja.
Hal ini berbahaya karena bisa menurunkan tingkat kepercayaan publik dalam penggunaan transaksi berbasis digital, apalagi yang sudah merasakan kehilangan dana yang sangat material.
Data Pribadi Kita Adalah Aset Penting
Agar tak menjadi korban penipuan bermodus digital dan menjadi bentuk kewaspadaan, penting bagi kita untuk memahami jenis-jenis data pribadi dan mana yang boleh dibagikan dan mana yang tidak.
Data pribadi yang bisa dibagikan umumnya berupa informasi yang umum, seperti data identitas dasar; nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat email, dan nomor telepon. Umumnya data jenis ini dibutuhkan untuk keperluan registrasi, verifikasi, atau komunikasi.
Begitu juga data demografi seperti ; usia, pendidikan, pekerjaan, dan hobi. Data seperti ini sering digunakan untuk analisis pasar dan penargetan iklan.
Lainnya adalah data aktivitas online seperti; riwayat penelusuran web, produk yang dilihat, dan pembelian onlinekarena data ini membantu perusahaan memberikan rekomendasi produk dan layanan yang sesuai.
Tapi waspadai dan berhati-hatilah jika menyangkut data keuangan seperti; nomor rekening bank, nomor kartu kredit, dan informasi PIN, karena data ini sangat sensitif dan berisiko tinggi disalahgunakan untuk penipuan keuangan.
Begitu juga data kesehatan seperti ; riwayat kesehatan, diagnosis, dan informasi asuransi. Data ini bersifat rahasia dan bisa dimanfaatkan dan disalahgunakan untuk tujuan diskriminatif. Seperti penawaran asuransi yang seolah memahami kondisi kita sehingga bisa membuat kita tertipu dengan mudah.