Setiap kali saya tanyakan apakah siap untuk bertarung dalam tahap final. Ia dengan tenang menjawab, " Aman Bu!". Tapi keyakinannya itu tak membuat saya kecil hati, karena dalam masa seminggu latihan bersama, mentalitasnya tumbuh semakin baik dan lebih percaya diri, jauh dari sebelum kita latihan. Jadi saya serahkan sepenuhnya pada kemampuannya setelah saya bekali dengan beberapa kunci agar ia tampil lebih percaya diri dihadapan panel juri nantinya.
Begitulah, perjuangan luar biasa ketika membimbing siswa, namun tidak hanya membantunya bersiap dengan bahan tapi juga mentalitasnya. Termasuk kemampuannya menganalisa masalah yang selama ini menurutnya kurang dipelajari dan diasah.
Tahapan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas dan Angkutan Jalan Dishub Aceh 2024 sudah masuk babak penjurian. Rasanya kerja keras itu sudah sampai pada batas maksimal, jadi saya tinggal menunggu kabar baiknya saja.
Sebuah notifikasi masuk, di hari terakhir tahap pemilihan itu, meminta kesediaan saya menggantikan Kepala Sekolah untuk hadir. Saya menyanggupi karena sebagai pembimbing, agenda ini bisa saya lakukan bersamaan sambil mendampingi peserta.
Saat pengumuman juara per kategori, ternyata namanya belum muncul sebagai pemenanga. Begitu juga saat penghargaan video terbaik karya siswa. Harapan terakhir justru muncul dari 3 juara utama. Setelah juara pertama ternyata masih bukan dari sekolah saya, jadi saya pikir peluang itu sudah makin tipis. Apalagi karya-karya siswa sekolah lain tentang teknologi begitu luar biasa dan finalis yang tersisa masih 5 sekolah lagi.Â
Tapi sebuah kejutan tak terduga, ketika pembawa kemudian mengumumkan Nadiatul Husni asal SMAN 5 Banda Aceh, sebagai juara utama kedua. Ini memang kejutan yang luar biasa. Apalagi setelah dua tahun hanya menjadi finalis, akhirnya tahun ketiga ini menjadi pemenang kedua dan berhak untuk tampil di babak nasional.
Perjuangan tanpa henti setiap tahun dengan temuan inovasi yang harus luar biasa, ternyata tidak sia-sia. Ternyata mengikuti even lomba begitu menguatkan gairah kita untuk terus gigih belajar, menemukan inspirasi baru dan gagasan baru yang kreatif. Dan itu yang selalu saya tanamkan kepada para siswa di sekolah.
Mengikutsertakan siswa di dalam lomba tak hanya membuatnya siap menjadi "petarung" namun juga membuat mentalitasnya terlatih baik. Semakin banyak mengikuti even, jam terbangnya akan bertambah dan mereka akan semakin siap ketika melanjutkan pendidikannya atau saat bekerja.
Bagi Nadia ini even pertama yang mengharuskan nalarnya bekerja ekstra keras, menganalisis inovasi dan mempresentasikannya dihadapan para juri dari pihak Kepolisian, Dishub dan Jasa Raharja, membutuhkan kerja keras luar biasa saat latihan.
Perjalanan Panjang Menjadi Juara
Tahun ini dua wakil yang dikirim dari sekolah dibawah bimbingan saya ternyata hanya menyisakan satu orang, Nadiatul Husni siswa kelas XI IPA, yang idenya mengembangkan sebuah teknologi transportasi berbasis Web yang nantinya website tersebut akan memuat seluruh aturan berlalu lintas secara menyeluruh dan dapat diakses dengan mudah kapanpun dan dimanapun.
Sedangkan Siti Fanni Nairah yang berfokus pada kategori Sosial dan Budaya dengan menciptakan sebuah inovasi story telling menarik bernama TV Eng Ong, tentang aturan-aturan dalam berlalu lintas dan tata cara berkendara di jalan raya yang baik dan mendidik bagi anak-anak. Ternyata karya ini masih belum lolos ditahap seleksi pertama, namun kami masih beruntung mengingat sekolah lain dari kabupaten yang berbeda bahkan ada yang mengirim 11 wakil ternyata hanya satu yang lolos.
Itu artinya produk inovasi yang kami tawarkan menarik rasa penasaran dan simpati juri untuk mendengar langsung presentasi dan operasi produk inovasinya tesebut.
Memang kuotanya sangat terbatas, hanya untuk 23 peserta untuk satu provinsi mewakili 12 kabupaten-kota di Aceh,sehingga persaingannya menjadi sangat keras.