Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saat Infeksi Judi di Twitter Merajalela, Blokir Bukan Antibiotiknya!

26 Juni 2024   12:36 Diperbarui: 29 Juni 2024   23:41 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi pengguna medsos saat bekerja sumber gambar unsplash via dianisa.com

Penguatan literasi digital dan edukasi kritis bisa dilakukan disekolah dengan mengintegrasikan dalam kurikulum, mulai dari jenjang SD hingga SMA. Namun ini jelas tidak mudah dan sejauh ini telah berusaha diakomodir melalui pendidikan moral yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka melalui prakatik dalam Project P5.

Pendidikan karakter menjadi sesuatu penting, namun seperti kehilangan esensinya. Sekolah kadang-kadang terjebak dalam formalitas, "harus" memasukkan nilai-nilai sebagai bagian dari kewajiban dalam pembelajaran, namun pemahaman esensinya yang bisa diserap siswa masih minim.

Seandainya ada penelitian yang komprehensif tentang dampak Kurmer dan pendidikan karakter, mungkin akan semakin jelas apakah dalam praktiknya Kurmer bisa meng-intenalisasikan nilai-nilai karakter jika dalam praktiknya masih sebatas formalitas kurikulum?.

Namun bukan berarti Kurmernya tidak tepat, lebih sering praktiknya yang tidak tepat atau melalui pengimplementasian yang tidak serius.  

Bagaimanapun menjadi sebuah kebutuhan agar para guru dan orang tua juga perlu dibekali pelatihan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang bahaya judi online dan bagaimana mengedukasi anak-anak. Paling tidak untuk memperkaya materi dalam pendidikan karakter di sekolah.

Bagaimanapun jika solusinya harus sampai pada pembatasan akses judi online, lagi-lagi akan sangat bersifat kasuistis dan mungkin malah bersifat sementara. Bagaimanapun kita memiliki banyak keterbatasan soal infrastruktur pendukung solusi atas masalah judi online ini.

Satu-satunya jalan selain mengandalkan kebijakan pemblokiran situs judi oleh pemerintah, orang tua harus terlibat lebih intens mengawasi anak-anak dalam menggunakan gadget di rumah, apalagi jika sampai bisa memasang aplikasi kontrol orang tua pada gadget anak-anak mereka untuk membatasi akses ke situs judi online.

Dan benteng terakhir yang lebih ampuh, tentu saja pemerintah perlu memperketat regulasi dan penegakan hukum terhadap perjudian online, biar tak leluasa bergerak bebas, meskipun sulit diberantas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun