Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati Sang Malaikat

25 Juni 2024   02:48 Diperbarui: 9 Juli 2024   20:11 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku hanya takut. Takut dengan kenyataan bahwa kita berdua harus menghadapi hal yang sama, dan takut dengan bagaimana ini semua akan mengubah hidup kita."

Mia merasakan lumpuh yang menekan dadanya. Dia mengingat saat-saat ketika kanker memaksa dia untuk menghadapi kematian, saat-saat ketika dia merasa begitu lemah dan rapuh. Saat ia merasa di bawah bayangan malaikat maut--sendirian.

Dalam detik-detik itu, dia merasa terhubung dengan keadaan Natalie lebih dari sebelumnya. Mereka berdua takut dan terluka, mencari cara untuk bertahan hidup dan menemukan arti dalam penderitaan mereka. 

***

Suatu hari, saat mereka berada di depan Flamme de la Liberté, Natalie mengusulkan sesuatu yang mengejutkan Mia. 

"Kita tak lagi punya pilihan, kita harus kuat dan aku pikir mengapa kita tidak membagikan pengalaman kita kepada orang lain?" kata Natalie dengan mata bersinar. "Mungkin kita bisa membuat sesuatu yang berbeda dari semua ini."

Mia terdiam sejenak, mencerna kata-kata itu. 

"Iya, mungkin kita bisa memberikan mereka tempat untuk berbagi cerita, dan untuk menemukan harapan dalam kesulitan seperti kita.", ujar Mia sejurus kemudian.

Natalie tersenyum.  Mereka ingin memastikan bahwa tidak ada orang yang merasa sendirian dalam perjuangan mereka melawan Limfoma yang mengerikan ini.

Seiring berjalannya waktu, mereka menemukan bagaimana bisa mengubah rasa sakit menjadi sesuatu yang lebih berarti. Mereka menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang memberikan arti bagi orang lain. 

Mereka menemukan bahwa terkadang, saat merasa paling lemah, justru menemukan kekuatan yang paling besar melalui orang lain.

Deru angin musim gugur itu lebih terdengar seperti nyanyian Ode, daripada lagu sendu elegi.

Di atasku, dedaunan berhimpun, emas dan cokelat,
Berduaan dan bertiga mereka melayang,
Mereka berdesau turun ke tanah,
Dan berbaring di tempat jatuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun