Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Komunikasi Terbuka, Kunci Penting Pemulihan Baby Blues Syndrome

13 Juni 2024   17:34 Diperbarui: 14 Juni 2024   16:30 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Sama-sama saling menjaga dan menemani anak.(Sumber gambar: Thinkstockphotos via kompas.com) 

Saat ingin istirahat, di saat yang sama si bayi harus dirawat, dan membutuhkan perhatian ekstra. Padahal lelah sehabis melahirkan masih begitu menyita staminanya.

Akibatnya timbul kelelahan fisik setelah melahirkan, kurang tidur, stres dengan pengalaman baru merawat bayi yang tak kenal waktu. Dan ini menjadi bentuk perubahan peran dan tanggung jawab yang mungkin tak sepenuhnya siap ditanggungnya karena sangat mendadak. Apalagi jika kurangnya dukungan sang suami yang tak peduli dengan situasi dan kondisi transisi tersebut.

Maka peran penting suami apalagi yang menyatakan diri sebagai "Suami Siaga"-Siap antar dan jaga, tak hanya dukungan emosional, tapi juga fisik, dan psikologis bisa sangat membantu membuat perbedaan besar dalam proses pemulihan sang istri. 

Ilustrasi fenomena baby blues menyerang ibu paska melahirkan. Sumber gambar via halodoc.com
Ilustrasi fenomena baby blues menyerang ibu paska melahirkan. Sumber gambar via halodoc.com

Apa yang Harus Kita Lakukan Agar Lebih Siaga hadapi Baby Blues?

Saya secara pribadi saya juga berusaha untuk siap saat memutuskan hendak memiliki putera pertama. Namun ketakutan-ketakutan yang umum saat berinteraksi dengan bayi juga menjadi pengalaman yang harus dihadapi. Tentang baby blues, memang sudah diketahui sejak awal, meskipun menurut pengalaman orang tua dalam praktiknya memang tidak akan mudah.

Terutama dengan perubahan kondisi fisik dan kebiasaan baru yang akan dihadapi pasangan saat baru memiliki bayinya paska melahirkan. Sehingga penyesuaian pasti harus dilakukan, tidak saja bagi sang ibu tapi juga bagi sang suami sebagai pendampingnya yang setia dan siaga.

Sehingga penting untuk melakukan komunikasi secara terbuka, sebagai kunci dalam setiap hubungan, terutama saat menghadapi masa-masa sulit seperti baby blues. Karena keterbukaan menghadapi masalah bisa menjadi jalan cepat atasi masalah.

Bayangkan jika sang istri hanya uring-uringan tapi tidak menjelaskan keinginannya agar suaminya juga terlibat merawat bayinya saat sang bayi membutuhkan perawatan apalagi di malam hari.

Meskipun bagi sang suami ini tentu tidak mudah, bangun mendadak saat malam hari, membersihkan si bayi jika diperlukan dan memberinya perhatian hingga tenang kembali. Tentu ini penting apalagi saat kondisi istri baru istirahat paska melahirkan. Agar istri bisa mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

Ilustrasi fenomena baby blues menyerang ibu paska melahirkan orangtua hebat.com
Ilustrasi fenomena baby blues menyerang ibu paska melahirkan orangtua hebat.com
Ini menjadi bentuk berbagi tanggung jawab, karena merawat bayi yang baru lahir adalah tugas yang menantang dan melelahkan. Dukungan lain sambil menikmati kebahagiaan menimang sang bayi, tentu saja juga berbagi tanggungjawab dengan membantu atasi masalah pekerjaan rumah tangga agar beban yang dirasakan sang istri berkurang. Menjaga rumah tetap bersih atau mengurus hal-hal kecil lainnya bisa memberikan waktu tambahan bagi istri untuk beristirahat dan merawat diri.

Secara tidak langsung bentuk dukungan ini bisa menghindari tekanan bagi seorang istri. Bayangkan jika seorang suami cuek, terlalu banyak menuntut untuk melakukan segala sesuatu dengan baik seperti situasi normal, padahal disaat yang sama tekanan  merawat bayi juga tidak mudah

Bentuk dukungan yang tak kalah penting tentu saja memantau kesehatan mental sang istri, apalagi jika ada tanda-tanda depresi postpartum yang serius. Jika gejala baby blues tidak membaik setelah sekian lama, tentu inisiatif membawanya konsul dengan dokter akan sangat diperlukan agar tak semakin menganggu kesatabilan mental istri.

Ilustrasi fenomena baby blues menyerang ibu paska melahirkan. (Sumber: istockphoto via detik.com
Ilustrasi fenomena baby blues menyerang ibu paska melahirkan. (Sumber: istockphoto via detik.com

Bahwa menjadi "suami siaga" mestinya bukan hanya slogan kampanye atau bentuk pencitraan sang suami saja ;), namun harus ada pembuktian. Dan ini tidak akan mudah. Bahwa setiap ibu memiliki pengalaman yang unik, dan waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari baby blues juga berbeda-beda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun