Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Jangan Asal Adopsi Student Loan, Kuliah Dahulu Bayar Hutang Kemudian!

2 Juni 2024   00:36 Diperbarui: 6 Juni 2024   02:55 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mahasiswa berdemo menuntut bantuan biaya kuliah sumber gambar time higher education

demo mahasiswa menuntut penghapusan hutang pendidikan sumber gambar theweek.com
demo mahasiswa menuntut penghapusan hutang pendidikan sumber gambar theweek.com
Kata orang, berkuliah itu harusnya seperti kita berinvestasi. Tak boleh sekedarnya atau memenuhi kewajiban melanjutkan pendidikan usai masa sekolah. Teman saya diberi pilihan oleh orang tuanya, kuliah serius jadi dokter dalam 8 tahun atau tidak sama sekali.

Orang tuanya memang bergantung hidupnya sebagai seorang pedagang, sehingga ia berpikir layaknya sedang menginvestasikan sejumlah assetnya pada sebuah "bisnis" dan tak hanya ingin uangnya kembali tapi ia juga mau profit maksimal.

Ketika polemik kuliah tidak wajib muncul lantaran masalah Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin melonjak tinggi hingga 200 persen. Maka harapan para mahasiswa lama atau calon mahasiswa, bahkan yang lulus lewat jalur prestasi tanpa tes tiba-tiba dihadapkan pada hadangan tembok yang tinggi.

Ternyata sekarang, jangankan ikut tes yang belum tentu lulus, bahkan yang lulus perguruan tinggi pun kini juga harus berpikir mau terus lanjut atau mundur. Belum apa-apa sudah ditodong UKT !.

Ilustrasi mahasiswa dan beban student loan sumber gambar foxbusiness.com
Ilustrasi mahasiswa dan beban student loan sumber gambar foxbusiness.com

BKT dan UKT Apaan Tuh?

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2013 tentang, Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada Perguruan Tinggi Negeri dilingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,.

Biaya kuliah tunggal (BKT) adalah keseluruhan biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di perguruan tinggi negeri. BKT digunakan sebagai dasar penetapan biaya yang dibebankan kepada mahasiswa masyarakat dan Pemerintah.

Uang kuliah tunggal (UKT) adalah sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya. UKT, ditetapkan berdasarkan BKT dikurangi biaya yang ditanggung oleh Pemerintah.

Nah, penetapannya yang masih simpang siur dan tidak transparan juga menimbulkan polemik baru. Sehingga sering terjadi pemberian dan penetapan UKT salah sasaran. Ada mahasiswa bermobil dapat UKT, sementara yang bersepeda justru sebaliknya.

Sehingga ada yang menganggap kebijakan UKT itu seperti "tebang pilih", bisa salah tebang dan salah pilih. Tapi itulah realitasnya.

UKT Melambung, Student Loan Datang

Diterjemahkan dari bahasa Inggris-Pinjaman pelajar adalah jenis pinjaman yang dirancang untuk membantu siswa membayar pendidikan pasca sekolah menengah dan biaya terkait, seperti uang sekolah, buku dan perlengkapan, dan biaya hidup.

Mengutip Cambridge Dictionary, pinjaman pendidikan adalah perjanjian di mana mahasiswa atau universitas dapat meminjam uang dari bank demi membiayai kuliahnya.

Baru kuliah sudah diajari berhutang?."Biar lebih tanggungjawab dan takmain-main kuliahnya,jadinya lebih serius", kata teman guru.

"Terus kalau gagal terus karena ketemu dosen killer sampai harus ikut semester pendek dan gagal juga, siapa tanggung bayarnya?", kata teman guru lainnya. Saya hanya ikut menyimak,karena bingung dengan jawaban apa.

Kalau student Loan atau pinjaman pelajar itu memang diterapkan di perguruan tinggidi negara kita, tapi tanpa diikuti dengan perbaikan program-program penopang persoalan struktural lain seperti misalnya penyediaan lapangan kerja, link and match lulusan pendidikan maka skema ini hanya akan lebih banyak membantu kelas menengah, bukan kelas bawah yang tidak sedikit peminatnya untukbisa berkuliah dengan harapan memperbaiki nasibnya.

Student loan Apa Cocok Diterapkan di Indonesia?

Seiring dengan menguatkan fenomena kenaikan UKT, hingga muncul polemik yang dipicu soal kuliah tidak wajib, Pemerintah kita sedang mengkaji kemungkinan menggulirkan program pinjaman pendidikan (student loan) di tengah kontroversi sejumlah universitas yang menggunakan sistem pinjaman online untuk pembayaran uang kuliah.

Rasanya jadi seperti "Paylater Masuk Kampus", kuliah dulu bayarnya belakangan dicicil!. Apa nantinya tidak justru menjadi beban ganda bagi lulusan perguruan tinggi yang datang dari keluarga miskin.

Bagaimana penerapannya dengan skema yang tepat sesuai dengan sikon di Indonesia?. Apakah harus didukung subsidi Pemerintah?, apakah Pemerintah setuju?. Apakah tidak membebani APBN nantinya, setelah dipenuhi dengan programbaru seperti makan siang "gratis"---"bergizi".

Wacana ini muncul sebagaimana disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani menanggapi tingginya kebutuhan pembiayaan pendidikan bagi mahasiswa. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) berada di gerbang depan, memberikan kabar terbaru, semoga kabar menggembirakan. Meskipun wujudnya student loan alias hutang uang kuliah. "Kuliah dulu bayarnya belakangan".

Bagaimana jika bermasalah dengan hutangnya nanti, bagaimana mekanisme melunasinya. Apakah ijazahnya akan ditahan?. Bagaimanapun yang namanya hutang, kekuatiran terbesarnya tentu gagal bayar.

Sehingga penting untuk transparansi soal bagaimana mekanismenya, jangan sampai di belakang hari menjadi "bom waktu". Tiba-tiba muncul fenomena "Habis Kuliah Terbitlah Hutang!". Bagaimana pinjaman itu dapat terjangkau, tidak memberatkan mahasiswa, mencegah penyimpangan, dan tetap mengafirmasi kelompok yang tidak mampu.

Para mahasiswa di Amerika, sudah merasakan pahit getirnya nasib mereka terlilit hutang.  Sehingga menjadi kejutan ketika sebaliknya Pemerintah justru ingin menguji coba mekanisme student loan yang jelas-jelastelah menimbulkan gejolak.

"Masih muda dan kuliah kok sudah terjerat utang jangka panjang?. Nanti obrolan saat wisuda, "eh hutangmu berapa lagi?"."Kalau nggak dapat kerja cepat bakal berabe nih". Tak heran jika nanti para lulusan sarjana kerja tak lagi "linier" dengan jurusan semasa kuliah, malah kerja mocok-mocok---kerja serabutan kata orang Medan.

Ilustrasibeban student loan yang berat sumber gambar fool.com
Ilustrasibeban student loan yang berat sumber gambar fool.com

Cara Pinjamnya Bagaimana?

Setelah pinjaman pendidikan dipinjam dari bank demi membiayai kuliahnya, harus dilunasi setelah kuliah dan dapat kerja.

Ternyata berdasarkan kajian ada dua macam jenis student loan,ini penting agar kita punya pilihan dan makin pasti untuk ambil keputusannya;

Pertama Pinjaman hipotek yang jangka waktu pembayarannya sudah ditentukan. Pinjaman jenis ini biasanya menyebabkan beban pembayaran yang tinggi, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Risikonya bisa berupa gagal bayar.

Nah pilihan jenis ini harus diwaspadai, jangan langsung setuju, gagal bayar kemudian. Model ini banyak dipraktekkan di beberapa negara, seperti Amerika,  meskipun risikonya besar bisa gagal bayar.

Kedua; sistem pinjaman berbasis pendapatan. Maksudnya apa?. Nah,si peminjam bisa  membayar kembali pinjamannya setelah penghasilannya mencapai ambang batas tertentu. Kemdahan jenis yang kedua, jangka waktu pelunasannya tidak ditentukan di awal. Skema pembayran ini juga banyak dipraktekkan,di negara seperti  Swedia.

Mungkin pertanyaan kita yang paling ramai adalah,mengapatiba-tiba diwacanakan di negara kita?.Apa karena UKT yang tambah mahal, atau karena pendidikan tinggi di negara kita masih kurang sehingga butuh stimulasi atau rangsangan yang bisa mendorong "memudahkan" bisa kuliah?.

Dukungan dari beasiswa juga belum memadai, baru sekitar 73.000 siswa menerima beasiswa dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi; Kementerian Agama; serta LPDP per Mei 2023.

Sehingga menurut dara Survei Sosiekonomi Nasional (Susenas) 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hanya 10,15% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang mengenyam pendidikan tinggi.

Kondisi UKT yang tinggi memaksa para orang tua untuk bertahan dalam situasi sulit mempertahankan anaknya bisa kuliah. Sehingga dengan adanya student loan pun paraorang tua juga tetap akan kesulitan mencicilnya. Meskipun dengan bunga 0 persen?.

Pengalaman di Negara Lain

Student Loan juga bisa menjadi jebakan hutang. Contoh kasus di Amerika, sebanyak 43 juta orang menanggung utang biaya pendidikan dengan total beban utang mencapai lebih dari $1,7 triliun!.

Meskipun ada aturan skema pendapatan minimum, maksudnya si peminjam tidak perlu membayar hingga pendapatannya mencapai minimal pendapatan yang ditetapkan. Dan jikasudah sampai batas tersebut,  biaya yang dibayarkan biasanya sebesar 9% dari pendapatan. Dan ug dilengkapi aturan pemutihan hutang jika sampa usia tertentu.

Apakah skema yang ada di luar negeribisa diterapkan di Indonesiasaat ini?.  Namun skema ala Amerika (pinjaman hipotek) dianggap sangat memberatkan. Modelnya seperti kitamembeli rumah dan punya batas waktu pembayaran pelunasan. Begitu lulus harus membayar utang!.

Menurut kajian, agar tidak memberatkan, subsidi yang harus disediakan oleh pemerintah berkisar 3,1% hingga 48% dari total biaya pendidikan. Itupun menyesuaikan dengan besaran pendapatan dan bunga yang berlaku. Melalui sumber pinjaman tanpa bunga melalui dana abadi LPDP.

Student Loan bisa memberikan jalan agar yang tidak lolos seleksi beasiswa dan tidak mampu berkuliah bisa terus lanjut.

Seorang siswa baru-baru ini mengajukan beasiswa dan gagal, padahal ia lulus di PT jalurprestasi, sehingga peluang model student Loant mungkin akan menjadi pilihannya.

Namun kelompok yang menentang berpendapat bahwa skema pinjaman pendidikan "tidak dapat menyelesaikan masalah ketimpangan", dapat "menimbulkan beban ganda" dan "masalah struktural" di masa yang akan datang, terutama bagi kelompok miskin.

Kuliah seperti memaksa berinvestasi dengan ketidakpastian keuntungan di masa depan. Sehingga jika tanpa ada perbaikan masalah struktural seperti penyediaan lapangan kerja, link and match lulusan pendidikan dengan industri, semuanya akan rumit.

Jadi student loan ini bukan keputusan main-main, tapi penuh pertaruhan di masa depan

referensi bacaan yang menarik dari sahabat kompasiner-Yuni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun