Pengetahuan masyarakat tentang panti jompo sebagai hasil pemahaman sosial, hanya memahami sebagai program pemerintah meningkatkan kesejahteraan sosial bagi lansia. Tempat penyantunan masyarakat lansia terlantar  dan yang bermasalah secara sosial-ekonomi dalam keluarga maupun masyarakat.
Jadi sikap menerima atau menolak sebenarnya tergantung pada  pemikiran atau pengetahuan dan pemahaman yang dipahaminya.
Ternyata karakter masyarakat dalam mempertahankan idealismenya berkaitan dengan ajaran agama menjadi salah satu sebab masyarakat memaknai panti jompo secara parsial. (Juraida, 2018).
Apalagi jika didasarkan pada pemahaman ajaran agama. Orang tua yang sudah berumur lanjut dipahami atau dimaknai lebih cenderung sebagai seseorang atau figur yang diakui, dikagumi, dimulikan dan dipanuti oleh masyarakat dan mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya.Sehingga tabu untuk "dibuang" ke Panti Jompo.
Salah satu implikasinya adalah, orang akan dianggap negatif jika mengirimkan orang tuanya ke panti jompo..
Tapi jika ada lansia yang tidak mempunyai anak atau kerabat sama sekali dan punya  masalah sosio-ekonomi, maka lebih tepat mereka itu memang dirawat di panti jompo daripada terlantar tidak ada yang mengurusnya.
Fenomena Kodokoshi dan Godoksa di Indonesia?
Kita tentu pernah mendengar tentang fenomena mati sunyi, Kodokoshi di Jepang dan Godoksa di Korea Selatan yang banyak terjadi. Fenomena ketika para lansia hidup sendiri tanpa keluarga dekatnya. Sehingga mereka kemudian mengalami situasi dan kondisi tinggal sendirian jauh dari sanak keluarganya.
Akibatnya dalam kondisi darurat tertentu ketika mereka mengidap penyakit atau berusia tua tanpa ada yang merawat menyebabkan mereka bisa mengalami situasi meninggal tanpa diketahui oleh orang lain, termasuk keluarganya sendiri.
Artinya menjadi sebuah dilema ketika seorang lansia tanpa keluarga jika tak dirawat secara khusus dengan bantuan orang lain seperti halnya memaksanya harus tinggal di Panti Jompo.
Dalam konteks tersebut tentu bukan karena ketidakpedulian keluarga, namun karena kondisi yang memaksa mereka harus mendapat perhatian dan perawatan secara khusus.
Hanya saja fenomena tentang Panti Jompo meskipun telah diketahui orang sejak lama, namun penerimaannya masih penuh dengan kontroversi dan  pro kontra. Kecuali di kekinian waktu dimana realitas tentang nilai-nilai keluarga telah mengalami perubahan, sehingga mau tak mau orang harus mulai bisa menerima kenyataan bahwa Panti Jompo dalam kondisi dan situasi tertentu diperlukan keberadaannya.
Tapi jika masih ada sanak keluarga, keberadaan orang tua yang kita rawat, justru menjadi kesempatan kita berbakti dan membalas budi kebaikan mereka. Tak hanya secara agama, secara sosial saja itu menjadi sebuah kebaikan yang sudah semestinya harus dilakukan.
Mestinya dengan pandangan seperti itu, tak perlu ada kekuatiran para orang tua, kemana mereka harus mengisi hari-hari terakhir mereka jika masih memiliki keluarga yang bisa menjadi tumpuannya. Meskipun jaman telah berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H