Ia tak mau berurusan dengan orang yang iseng atau kepo dengan kehidupannya dan ia pun tak mau "menyenggol" kehidupan orang lain. Tapi ternyata di balik sosoknya yang tegap dan terlihat garang, ia justru memendam masa lalu sisa kenangan perang yang selalu membuatnya depresi.
Komandannya yang selalu menjadi tempat curhatannya, meski sudah berkali-kali mengatakan bahwa kematian teman-temannya satu kompinya bukan karena kesalahannya, tapi Rambo tetap saja merasa bersalah.
Banyak orang merasa jauh lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain, tapi giliran menyangkut dirinya sendiri ia merasa tak mudah melakukannya. Khususnya menyangkut masa lalu, kesalahan fatal, kebodohan, kegagalan yang sangat sulit dilupakan.
Intinya bahwa setiap orang pernah berbuat salah tetapi tidak semua orang mampu menerima dan berdamai dengan kesalahannya sendiri.
Bagaimana Melawan Hantu Dalam Diri Sendiri?
Bagaimana Jika kita memulainya dengan Membuka Hati  Kembali?.
Mengapa ini menjadi langkah penting pertama?. Ketika kita terus merasa gagal, ternyata kita seperti menutupi tubuh kita dengan selubung berwarna kelam yang menyembunyikan semua masalah.
Dampak yang paling fatal adalah ketika kita justru selalu berusaha mensabotase potensi atau apapun yang kita miliki dengan mengatakan bahwa "aku gagal, aku pasti gagal!". Masa lalu tetap menjadi hantu yang membayangi hidupnya sendiri.
Dengan memaafkan diri sendiri dan membuka hati untuk menerima kenyataan itu sebagai sebuah konsekuensi yang memang wajar ditanggung oleh seseorang yang dalam hidupnya sebagai---manusia-- homo sapies, yang bersosialisasi dan harus bersinggungan dengan lingkungan, orang lain selain dirinya---termasuk keluarganya---orang-orang yang disayanginya.
Apakah belum terlambat jika harus Mencintai Diri Kembali?
Apakah ini juga harus?, bukankah ketika kita belum bisa memaafkan dan membuka hati kita untuk diri sendiri, artinya kita belum mencintai diri sendiri?. Kita mungkin melihat realitas kesalahan masa lalu dari situasi sekarang.
Mungkin ketika kita menyadari dengan lebih sadar, bahwa mungkin situasi dan kondisinya memang mengharuskan kita melakukan "kegagalan" itu karena tak ada pilihan lain.