Meskipun ada banyak cara bisa kita lakukan menurut fleksibilitas kita, dengan cara yang menurut kita paling mudah, namun intinya ada beberapa hal yang harus kita pahami substansinya.
Tak menyadari soal prioritas
Saat mendapat tanggungjawab, misalnya menjadi fasilitator dalam Project P5, dengan memahami konsekuensi dari setiap tindakan, kita bisa lebih mudah menentukan mana tugas yang penting dan mana yang tidak.Â
Bisa fokus pada proses yang memberikan hasil nyata dan menghindari tugas-tugas yang hanya terlihat sibuk tetapi tidak produktif. Termasuk dengan memberi tenggat kepada siswa mencari ide dan rencana implementasinya, dan mengingatkannya, sehingga bisa tepat sesuai jadwal rencana .
Mengelola waktu ternyata tidak mudah
Saat memberikan tanggungjawab kepada siswa, jika hanya diberikan tenggat waktu tanpa kontrol juga membuat siswa santai dan bergantung pada fasil Project P5-nya jika buntu. Itupun setelah deadline!.
Jadi kesadaran konsekuensional yang menekankan pada terbangunnya displin, bisa membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik, untuk mengalokasikan waktu dengan lebih displin. Sehingga siswa dan kita bisa termotivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas penting lebih awal.
Butuh kualitas keputusan yang tepat
Dengan berpikir konsekuensional membuat kita cenderung membuat keputusan yang lebih baik karena ada pertimbangan berbagai kemungkinan hasil dari tindakan yang kita lakukan. Bentuknya bisa keterlambatan, terburu-buru saat finalisasi (misalnya produk Project P5), dan ini artinya bisa menghindari munculnya masalah lainnya.
Jangan kira produktifitas palsu tak memicu stres
Sudah bekerja mati-matian, waktu terbuang,ternyata pekerjaannya tidak produktif. Tanggungjawab tetaptak terselesaikan atau tidak maksimal. Ujung-ujungnya justru kita merasa tidak puas dan kecewa.Â
Dalam kasus seperti ketika Project P5 tidak menemukan ide yang tepat, akhirnya kita bisa pasrah hanya sekedar memenuhi formalitas saja. Bukankah ini tidak memuaskan sama sekali, apalagi jika produknya di-kompetisikan, meskipun cuma antar kelompok dan fasil.
Pembiasaan dan Dukungan Alat Bantu Kedisiplinan
Memang membutuhkan pembiasaan untuk membangun kesadaran konsekuensional agar terinternalisasi dalam diri kita,dan prosesnya sangat tidak mudah.
Meskipun pelatihan bisa dijadikan solusi, namun juga sangat tergantung pada personality masing-masing orang. Terutama pelatihan yang difokuskan pada ketrampilan berpikir kritis dan prediktif.
Penting untuk mempertimbangkan adanya alat bantu, seperti tabel yang saya buat untuk keperluan sendiri. Atau yang lebih canggih, bisa menggunakan alat bantu matriks prioritas, seperti Matriks Eisenhower yang membantu individu mengevaluasi dan memprioritaskan tugas berdasarkan urgensi dan pentingnya sebuah tugas.