Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mewaspadai Gejala HD Pada Anak, Jika Mulai Suka Menimbun Barang!

14 Mei 2024   02:09 Diperbarui: 26 Mei 2024   00:00 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak pengidap hoarding disorder sumber gambar NSD.co.id

Belakangan ini saya merasa kuatir dengan kebiasaan baru putera saya. Sewaktu sidak hari minggu kemarin ke kamarnya, jendela masih tertutup, dan stand hangernya yang biasanya rapi, kali ini sudah seperti pohon beringin. Bersangkutan baju kemeja, jaket, hoody, topi, tas dan ikat pinggang jadi satu, ditambah pernak-pernik kemasan produk.

Sedangkan di atas tempat tidurnya, teronggok tumpukan kotak produk, sampul majalah, potongan kardus, kemasan makanan berbagai bentuk. Sementara ia sudah sejak pagi ke Car Free Day bareng teman-temannya.

Sejak kuliah selesai, kesibukan barunya memang mendesain produk dan membuat website. Dan gara-gara itu semua, belakangan ia memang tak lagi sempat menyetor baju-bajunya ke mesin cuci. Begitu juga merapikan buku-buku dan barang-barang pribadinya.

Jika kita dihadapkan pada situasi seperti itu, apakah anak bisa berpeluang "terjangkit" HD-Hoarding disorder?. Atau mempunyai gejala ke arah sana?. Ataukah itu hanya kebiasaan yang bersifat sementara dan sebuah kreatifitas?. Apakah butuh antisipasinya sejak awal?.

Hoarding disorder adalah salah satu gangguan terkait mental yang membuat orang suka mengumpulkan atau menimbun barang-barang, bahkan yang tidak berguna sekalipun. Bisa dimulai dari kesukaan atau hobi terhadap benda tertentu, atau kesukaan tertentu---seperti desain pada kasus anak saya.

Meskipun sedang menjadi kebiasaan barunya, saya tetap merasa kuatir, apalagi banyaknya pernak-pernak yang menyemak dikamarnya. Mulai dari desain korek api jadul, kotak makanan sereal, hingga berbagai bentuk jar atau botol yang memiliki branding yang biasanya didesain menarik.

Semua benda itu masuk  kekamarnya, dan rasanya kamarnya berubah menjadi gabungan antara studio dan "kontainer sampah".

"Lagi sibuk banget Ma, nggak sempat beresin barang, maaf ya Ma", begitu alasannya saat saya tanya mengapa kamarnya berubah menjadi "Kontainer Sampah".

Ilustrasi gejala HD sumber gambarklikdokter.com
Ilustrasi gejala HD sumber gambarklikdokter.com

Memangnya Bagaimana Cara Mengenali HD Sebenarnya?

Sejak awal memang kita harus mencari tahu, karena bagaimanapun meski bersifat sementara--temporary, jika merupakan kebiasaan yang kurang baik, tetap harus diantisipasi sejak awal. Apalagi jika kelak ia bekerja di luar kota, tanpa kontrol orang tua. Kamarnya bisa menjadi tempat yang tidak sehat. Bisa-bisa malah akan keluar ongkos lain untuk obat atau berobat.

Hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang karena menganggap barang itu akan berguna di kemudian hari, mengingatkan pada suatu peristiwa, atau merasa aman ketika dikelilingi benda-benda tersebut.

Apalagi barang yang berhubungan dengan desain, seperti yang sedang digandrungi anak saya. Apapun jenis kemasan yang desainnya menarik akan disimpannya. Bahkan kemasan packing snack hasil "buruan belanja"di mall, disimpannya. Memang ia sedang fokus belajar kemasan langsung dari produknya, bukan versi visualnya.

Nah,karena kebiasaan ini membuat ia menyimpan banyak benda, yang membuat kamarnya menjadi sempit karena terisi penuh dengan benda-benda yang di-koleksinya.

Hanya saja dalam kasus HD sebenarnya, yang parah, si penderita menyimpan segala macam jenis barang bersih maupun kotor termasuk yang tidak berguna karena merasa bisa digunakan suatu ketika nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun