Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Prokem, Slang dan Bahasa Gaul Dalam Kosakata Kita, Berkah atau Ancaman?

25 April 2024   08:34 Diperbarui: 30 April 2024   18:29 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengobrolsantai di kafe sumber gambar kulturnative.com

Belakangan ini kata "Core" viral di medsos, padahal artinya seperti salah tempat. Dulu kata "Core" kita gunakan kalau kita bicara tentang "Inti atau "Pokok". Jadi kalau bilang "core bisnisnya kuliner", artinya seseorang punya beberapa lini bisnis, tapi kuliner yang jadi inti atau andalannya.

Ternyata arti harfiah tersebut kurang cocok jika dipakai untuk memaknai kata "core" di media sosial. Dalam bahasa gaul, kata core memiliki arti tersendiri. Dikutip dari USA Today, sebagai bahasa gaul, arti core adalah sesuatu hal yang tersegmentasi.

Jadi dalam pengunaannya bisa dikaitkan dengan kesukaan atau suasana. Kalau yang suka nulis di kompasiana,bisa jadi akan disebut kompasianacore, karena jadi ruang bagi orang yang suka nulis. Dan kompasiner-nya bisa jadi akan disebut kompasianercore.

Itulah mengapa arti core di medsos dan secara harfiah menjadi sangat jauh berbeda. Padahal kata core termasuk dalam kosakata bahasa Inggris. 

Dikutip dari Merriam Website, secara harfiah, arti core adalah inti, dasar, sentra, atau esensi. Seperti yang selama ini kita pahami dan kita gunakan dalam keperluan menulis atau berbicara,bahkan di forum resmi.

Ilustrasi ngobrol santai sumber gambar tehsariwangi.com
Ilustrasi ngobrol santai sumber gambar tehsariwangi.com

Bahasa Gaul Bikin Masalah Bahasa Kita?

Nah, tiba-tiba di medsos yang sedang viral belakangan ini,kata"core" berubah jauh dari arti harfiahnya.

Bayangkan,tiba-tiba di medsos, kata core malah dipakai pengguna untuk membuat judul dari konten yang berisi kumpulan foto atau potongan video atas satu peristiwa. Di TikTok, ada video bertajuk "Lebaran Core". Videonya  berjudul tersebut isinya kumpulan foto atau potongan video tentang momen-momen saat bersibuk ria saat berlebaran. 

Bahkan selain itu, kata core kerap juga dipakai untuk membuat judul konten yang berisi kumpulan foto atau potongan video dari satu nama artis.

Lebih dari itu, ada pula arti core yang lain, yang tampaknya banyak dipakai warganet di Indonesia. Dari beberapa postingan warganet, arti core adalah momen-momen penting atau konyol di satu peristiwa. Nah lho.

Setelah bahasa gaul anak Jaksel yang "sok Inggris", fenomena bahasa gaul memang menjadi hal menarik yang selalu muncul dan dipengaruhi oleh intensitasnya yang tinggi bermain di media sosial.

Bahkan sebenarnya banyak sekali bahasa gaul di media sosial (medsos) yang dipakai pengguna terutama di media yang gampang diviralkan warganet di medsos seperti TikTok dan X (dulu Twitter).

Ilustrasi bule ngobrol bahasa dengan fasih sumber gambar bogor.urbanjabar.com
Ilustrasi bule ngobrol bahasa dengan fasih sumber gambar bogor.urbanjabar.com

Apakah ini menambah perbendaharaan kosakata Indonesia yang belakangan dianggap miskin kosakata dibanding bahasa Inggris, yang ternyata untuk kata"core"saja bisa memiliki arti lain yang dianggap "lebih kaya"oleh parawarganet. Atau sebaliknya justru semakin membingungkan bagi para pengguna bahasa Indonesia sekarang ini?.

Bisa jadi yang mengatakan minimnya kosakata bahasa Indonesia, karena memang punya pergaulan lintas dan selalu membanding-bandingkan kosakata kita dengan bahasa lain yang lebih simple dan padat untuk menjelaskan sesuatu--seperti halnya kata "core".

Seolah kehadiran bahasa asing yang baru bisa memperkaya perbendaharaan kata gaul yang selama ini memang berkembang sangat masif apalagi di ruang media sosial yang dengan mudah bisa "menular"menjadi kebiasaan baru dan menambah perbendaharaan kata baru.

Fenomena Bahasa Gaul Ancaman atau Keuntungan?

Selalu punya daya tarik tersendiri ketika kita bicara soal bahasa gaul. Dulu sekali bahasa gaulselalu dikaitkan dengan "bahasa slang" atau bahasa Prokem, untuk menyebut kata atau kosakata baru yang digunakan anak muda, namun dikonotasikan sisi negatif berkaitan dengan dunia jalanan.

Slang adalah ragam bahasa musiman yang dituturkan oleh kelompok sosial tertentu dalam situasi informal yang biasa disebut bahasa gaul atau bahasa prokem. Slang biasanya digunakan untuk berkomunikasi internal di dalam suatu kelompok ataupun untuk membina identitas diri.

Ilustrasi ngobrolasyik bareng teman sumber gambar via.com
Ilustrasi ngobrolasyik bareng teman sumber gambar via.com

Saya ingat, saat sekolah dasar, sekelompok teman membuat "bahasa rahasia" dan hanya diketahui oleh kelompoknya. Alasannya sederhana demi kerahasiaan kelompok. Namun kejadian itu membuat kelompok lainnya latah ikut-ikutan. Jika sudah ada medsos, bisa jadi mungkin akan menjadi bahasa gaul baru yang viral.

Dalam perkembangannya, bahasa slang sering diangap sebagai perusak bahasa karena banyaknya bentuk yang menyimpang dari bahasa aslinya. Bentuknya pun juga beragam, ada yang dari singkatan, dari bahasa asing, istilah lucu, dan lainnya. 

Jika dianggap bisa merusak,mengapa terus muncul?, Apa ada manfaatnya?. Mengutip e-jurnal Penggunaan Bahasa Slang di Media Sosial Twitter oleh Ria Rosalina, Auzar, dan Hermandra dari Universitas Riau, ternyata bahasa slang memudahkan kita dalam berhubungan sosial. 

Slang berfungsi menjadi penarik perhatian, bahkan digunakan untuk menyindir fenomena sosial atau sesuatu yang personal, seperti pansos, tubir, FOMO. 

Dianggap lebih simpel dan praktis , bahasa slang bisa digunakan untuk mempersingkat sebuah kata maupun frasa. Ternyata bahsa gaul atau Slang bisa berfungsi untuk memperkaya bahasa karena banyaknya kata-kata baru. 

Menunjukkan status atau kondisi sosial seperti sultan, jamet, edgy, atau bisa berfungsi untuk keramahan dan keintiman seperti kata sans, nongki, gaes, zheyenk, sistur, santuy, termasuk untuk sekedar bercanda.

Bahkan pada akhirnya ada yang masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seperti Mager: Malas (ber)gerak;  Julid: Iri Ambyar: Bercerai; terfragmentasi; tidak fokus lagi. Baper: dibawa emosi; berlebihan,  Alay: Anak layangan; gaya hidup yang berlebihan untuk menarik perhatian. Gebetan: Seseorang yang sedang ditaksir atau disukai. Kepo: Rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain. Dan puluhan kata baru lainnya.

Bagaimanapun interaksi di media sosial yang intens sekarang ini,menjadi salah satu sebab mengapa muncul jenis kosa kata baru yang "asing"atau berbeda jauh dari kebiasaan keseharian kita berbahasa.

Variasi bahasa muncul dari berbagai bahasa yang beragam pada setiap daerah, kelas sosial, zaman yang berbeda, dan situasi bahasa yang mengalami perubahan. 

Kehadiran bahasa gaul dengan banyak kosakata,istilah atau idiom baru menyebabkan generasi milenial sulit menerima bahasa Indonesia yang baik dan benar dan memahami kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

Tentu kita masih ingat dengan munuclnya istilah FOMO untuk menyebut kebiasaan kita yang selalu merasa kuatir ketinggalan  berita terbaru dan takut di anggap kuper(kurang pergaulan). Anak "jaman now" lebih tertarik menggunakan bahasa gaul yang membuat mereka lebih eksis di media sosial. 

Akibatnya, kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar tergerus dengan munculnya bahasa gaul dan bahasa asing sehingga keaslian dari sebuah kosakata dalam bahasa Indonesia akan sulit diketahui oleh generasi milenial karena ketertarikan mereka dalam menggunakan bahasa tersebut. 

Media sosial yang telah menjadi "kebutuhan" saat  ini terutama bagi generasi kekinian memang memberikan dampak cepat dalam penggunaan bahasa keseharian. Bahasa gaul yang digunakan tanpa disertai kehati-hatian hanya latah atau ikut-ikutan membuat anak sekarang sulit mengetahui kosakata yang baku serta bahasa yang baik dan benar.

Kita juga ingat,saat muncul muncul istilah jujurly dan sehonestnya yang menambah istilah baru dalam bahasa anak muda saat ini. Fenomena kebahasaan seperti ini sangat menarik dan menjadi perhatian bagi kita. 

Penggabungan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu kata. Jujurly yang berasal dari kata dasar jujur dan penambahan –ly, sedangkan sehonestnya berasal dari kata honest yang terapit dengan se- dan –nya. Penggunaan istilah jujurly dan sehonestnya memiliki makna sejujurnya. 

Meskipun terdengar aneh, seolah semua orang dituntut untuk ikut "berpartisipasi", menggunakan atau membuat sesuatu yang baru agar menarik perhatian orang agar tidak dianggap ketinggalan zaman.

Begitu juga dengan istilah aneh lain, seperti "mengsedih" yang berarti bersedih. Brikutnya menyusul, kata--mengcapek, mengkaget, yang mencantumkan awalan meng- walaupun tidak sesuai dengan kaidah pengimbuhan dalam bahasa Indonesia. 

Awalan meng- bisa mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan huruf tertentu, misalnya huruf /k, g, h, kh/ dan huruf vokal serta luluh apabila dirangkai dengan huruf /k, p, t, s/. Kata dasar sedih apabila dirangkai dengan gabungan imbuhan meng-…….-kan, maka terjadi peluluhan menjadi menyedihkan. Tapi itulah "aneh atau uniknya" bahasa gaul.

Namun pada intinya, menggunakan bahasa di media sosial tidak harus mengikuti tren, apalagi penggunaan yang secara tidak langsung bisa merusak bahasa kita.

Meskipun bersifat sementara, tetap saja ada pengaruh dan gangguan dalam khasanah perbendaharaan kata bahasa kita. Apalagi kelak jika generasi berikutnya tidak kritis mengetahai apalagi memahami asal usulnya. 

Sehingga dibutuhkan kehati-kehatian, karena rasa penasaran memakainya, pada akhirnya bisa menjadi kebiasaan, tapi kalau sudah masuk KBBI--ya apa boleh buat, karena itu artinya sudah resmi di gunakan!. Soal baik dan benar tergantung kita, bersedia memakainya atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun