Bisa jadi yang mengatakan minimnya kosakata bahasa Indonesia, karena memang punya pergaulan lintas dan selalu membanding-bandingkan kosakata kita dengan bahasa lain yang lebih simple dan padat untuk menjelaskan sesuatu--seperti halnya kata "core".
Seolah kehadiran bahasa asing yang baru bisa memperkaya perbendaharaan kata gaul yang selama ini memang berkembang sangat masif apalagi di ruang media sosial yang dengan mudah bisa "menular"menjadi kebiasaan baru dan menambah perbendaharaan kata baru.
Fenomena Bahasa Gaul Ancaman atau Keuntungan?
Selalu punya daya tarik tersendiri ketika kita bicara soal bahasa gaul. Dulu sekali bahasa gaulselalu dikaitkan dengan "bahasa slang" atau bahasa Prokem, untuk menyebut kata atau kosakata baru yang digunakan anak muda, namun dikonotasikan sisi negatif berkaitan dengan dunia jalanan.
Slang adalah ragam bahasa musiman yang dituturkan oleh kelompok sosial tertentu dalam situasi informal yang biasa disebut bahasa gaul atau bahasa prokem. Slang biasanya digunakan untuk berkomunikasi internal di dalam suatu kelompok ataupun untuk membina identitas diri.
Saya ingat, saat sekolah dasar, sekelompok teman membuat "bahasa rahasia" dan hanya diketahui oleh kelompoknya. Alasannya sederhana demi kerahasiaan kelompok. Namun kejadian itu membuat kelompok lainnya latah ikut-ikutan. Jika sudah ada medsos, bisa jadi mungkin akan menjadi bahasa gaul baru yang viral.
Dalam perkembangannya, bahasa slang sering diangap sebagai perusak bahasa karena banyaknya bentuk yang menyimpang dari bahasa aslinya. Bentuknya pun juga beragam, ada yang dari singkatan, dari bahasa asing, istilah lucu, dan lainnya.Â
Jika dianggap bisa merusak,mengapa terus muncul?, Apa ada manfaatnya?. Mengutip e-jurnal Penggunaan Bahasa Slang di Media Sosial Twitter oleh Ria Rosalina, Auzar, dan Hermandra dari Universitas Riau, ternyata bahasa slang memudahkan kita dalam berhubungan sosial.Â
Slang berfungsi menjadi penarik perhatian, bahkan digunakan untuk menyindir fenomena sosial atau sesuatu yang personal, seperti pansos, tubir, FOMO.Â
Dianggap lebih simpel dan praktis , bahasa slang bisa digunakan untuk mempersingkat sebuah kata maupun frasa. Ternyata bahsa gaul atau Slang bisa berfungsi untuk memperkaya bahasa karena banyaknya kata-kata baru.Â
Menunjukkan status atau kondisi sosial seperti sultan, jamet, edgy, atau bisa berfungsi untuk keramahan dan keintiman seperti kata sans, nongki, gaes, zheyenk, sistur, santuy, termasuk untuk sekedar bercanda.
Bahkan pada akhirnya ada yang masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seperti Mager: Malas (ber)gerak; Â Julid: Iri Ambyar: Bercerai; terfragmentasi; tidak fokus lagi. Baper: dibawa emosi; berlebihan, Â Alay: Anak layangan; gaya hidup yang berlebihan untuk menarik perhatian. Gebetan: Seseorang yang sedang ditaksir atau disukai. Kepo: Rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain. Dan puluhan kata baru lainnya.
Bagaimanapun interaksi di media sosial yang intens sekarang ini,menjadi salah satu sebab mengapa muncul jenis kosa kata baru yang "asing"atau berbeda jauh dari kebiasaan keseharian kita berbahasa.