Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Apa Kecemasan dan Harapan Tersembunyi Dibalik Google Doodle Hari Bumi 2024?

23 April 2024   01:53 Diperbarui: 29 April 2024   12:20 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi anak membuang sampah pada tempatnya sumber gambar okezonenews.com

L: Tembok Hijau Besar, Nigeria yang di tahun 2007, diinisiasi oleh Uni Afrika untuk pemulihan lahan terkena dampak penggurunan di seluruh Afrika.

E: Cagar Alam Kepulauan Pilbara, Australia, salah satu dari 20 cagar alam di Australia untuk  perlindungan ekosistem rapuh sebagai habitat alami bagi sejumlah spesies terancam atau terancam punah seperti spesies penyu laut, burung pantai, dan burung laut.

Bentuk kepedulian google lebih bersifat komprehensif menyangkut keanekaragaman hayati yang mengalami perusakan di darat dan di laut secara masif. Termasuk dari bahaya plastik yang bisa menganggu ekosistem langka dan terancam punah di banyak kawasan penting di bumi saat ini.

Apa Kontribusi Kita?

Data tahunan Global Forest Watch menunjukkan, Brasil kehilangan lebih dari 1/3 hutannya dan menempati posisi pertama, diikuti oleh Republik Demokratik Kongo serta Indonesia yang berada di peringkat kedua dan ketiga.

Hutan berukuran 38 ribu kilometer persegi, mengalami kerusakan selama 2019. Angka tersebut setara dengan hancurnya pohon-pohon seluas lapangan sepakbola setiap enam detik!.

Laut masih dipandang sebagai tempat pembuangan sampah yang paling efektif. Ombak memang akan menyapu sampah hilang dari pemandangan. 

Namun kita lupa, kumpulan sampah itu akan berhenti di suatu tempat, tergulung mekanisme gyre yang membuatnya terperangkap pada satu titik. Titik ini pun terus membesar hingga membentuk pulau luas hingga menjadi sebuah "benua plastik".

Berada di tengah lautan Samudra Pasifik, antara California dan Jepang, jumlah sampah plastik lebih banyak ketimbang plankton yang bisa ditemui. Diperkirakan, ukurannya minimal seluas wilayah Texas, Amerika Serikat, dan terus bertambah dengan terus datangnya sampah-sampah baru ke lautan setiap tahunnya.

Dua fakta itu harus membuat kita prihatin. Apa bentuk kontribusi yang bisa kita lakukan?.  Paling tidak jangan jadi NIMBY!.

Diterjemahkan dari bahasa Inggris-NIMBY, singkatan dari kalimat "not in my back yard", merupakan karakterisasi penolakan warga terhadap usulan pembangunan infrastruktur di wilayahnya, serta dukungan terhadap peraturan tata guna lahan yang ketat.

Namun kemudian digunakan para environmentalis untuk menggambarkan orang yang tidak peduli dengan lingkungan. Membuang sampah dimana saja, termasuk dari mobil, karena beranggapan "tidak boleh ada sampah di rumahnya, tapi tidak dirumah orang lain atau lingkungan di luar rumahnya".

Maka ia membuang sampah di sungai, di jalanan dan di manapun asal tidak di rumahnya!. Jangan dititu ya!

Namun masih banyak kontribusi yang bisa kita lakukan;  Meningkatkan kesadaran publik secara luas mengenai kerusakan yang muncul karena plastik terhadap manusia, hewan dan semua keanekaragaman hayati.

Berkontribusi dalam gerakan menghapus plastik sekali pakai pada tahun 2030 dan berkomitmen untuk melakukan penghapusan bertahap melalui Perjanjian PBB tentang Plastik pada tahun 2024. Dan terlibat proaktif dalam investasi teknologi dan bahan inovatif untuk membangun dunia bebas plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun