"Nih uang jajan dari nenek", kata ibu saya saat menyalami cucu-cunya dan menyelipkan amplop berisi uang lebaran. Â Kebiasaan itu membuat para cucu menjadi"ketagihan" salaman dengan nenek.Â
Begitu juga Paman dan Bibi yang berkunjung ke rumah kita atau kita yang mengunjungi mereka, sering menjadi momen bagi-bagi THR yang ditunggu-tunggu.
Karena momennya dan hanya setahun sekali maka tradisi THR, uang lebaran atau "salam tempel"semakin lama jadi tradisi yang tak bisa dihilangkan.
Sewaktu saya kecil, tradisi memasang lampu lampion kertas berbentuk kotak berwarna-warni juga pernah saya alami. Â Dan di daerah lain juga mungkin ada tradisi lain yang berbeda, termasuk bermain obor atau meriam bambu.Â
Akulturasi budaya dengan para pendatang atau berbaurnya tradisi menciptakan ragam budaya baru yang semakin memperkaya khasanah budaya, tapi berhimpitan dengan kebiasaan atau tradisi lain meskipun tidak saling menganggu.
Nah, saat lebaran kini kita rayakan, menjadi pemandangan umum, hadirnya tradisi yang  jamak dikenal sebagai 'salam tempel', alias orang yang lebih tua memberikan uang kepada anak-anak saat bersalaman.Â
Ada anak saya yang pernah bertanya, mengapa bagi-bagi uang spesial cuma saat lebaran?. Sejak kapan ada tradisi salam tempel dalam lebaran kita?.
Menurut Sunu Wasono, dari Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, ternyata tradisi "salam tempel" saat Lebaran sudah ada sejak lama. Menurutnya kemungkinan karena terpengaruh oleh budaya China yang memberikan angpao saat Tahun Baru Imlek. Meskipun kebiasaan bagi-bagi uang atau barang selain saat lebaran juga telah menjadi kelaziman.
Mengapa tradisi itu berkembang?. Saat lebaran umumnya menjadi momen bertemu atau berkumpulnya anggota keluarga besar kita. Apalagi jika rumah tersebut adalah rumah induk, dimana orang tua kita tinggal.
Kedatangan anggota keluarga saat lebaran biasanya menjadi spesial, ada yang bawa oleh-oleh atau buah tangan, apalagi yang datang dari jauh dan di daerahnya ada jenis makanan khas.
Begitu juga saat lebaran bagi yang telah bekerja, tambahan rezeki seperti Tunjangan Hari Raya (THR) membuat jumlah simpanan uang di dompet melimpah khusus di hari lebaran. Dengan tambahan uang spesial itulah para anggota keluarga saling berbagi kebahagiaan.
Termasuk dengan membagikan sedikit uang dalam bentuk salam tempel layaknya "angpao". Jumlah nominal biasanya juga spesial karena harinya juga spesial. Berbagi uang itu menjadi bentuk keakraban dan wujud rasa syukur karena diberi kelebihanrezeki.
Apalagi agama kita juga mengajarkan kebaikan berbagi sebagai sebuah "sedekah" yang bisa menguatkan berkah harta kita, dan menjadikan kemuliaan bagi orang lain yang menerimanya.
Bentuk berbagi kebahagiaan dari para orang tua kepada anak-anak menjadi wujud kasih sayang, Â didasari ketulusan memberikan kegembiraan di hari spesial. Apalagi jika anak-anak berpuasa penuh selama ramadan, maka"salam tempel" juga menjadi cara para orang tua memberikan apresiasi atas jerih payah usaha keras anak-anak berpuasa.
Maka saat bertemu di momen lebaran, para tamu atau anggota keluarga sering bertanya,"puasa ngak ramadan kemarin?,"penuh apa ngak puasanya?. Termasuk jika anak-anak hanya "puasa belajar" selama setengah hari. Kamimenyebutnya "puasa kanot" karena puasanya setenagah hari dan setelahnya makan nasi dari kanot bu atau kuali nasi. Biasanya usai Pertanyaan kemudian dilanjutkan dengan uluran "salam tempel" spesial.
Menurut catatan lain yang dikutip dari Cash Matters, teryata  tradisi memberi salam tempel sudah ada sejak abad pertengahan. Salam tempel pertama kali dilakukan pada saat Kekhalifahan Fatimiyah dari Afrika Utara yang membagikan uang, pakaian, atau permen kepada orang-orang saat hari pertama Lebaran.
Tradisi pemberian salam tempel ini terus dilakukan hingga akhir era Ottoman sekitar lima abad, yakni disebut eidiyah. Lalu tradisinya berubah wujud dalam bentuk uang dalam pecahan kecil dan dibagikan hanya dalam lingkup keluarga.
Apa Hal Positif yang Bisa Jadi Pembelajaran?
Selain bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan, saat lebaran, berbagi angpao dengan lembaran uang kertas yang biasanya masih baru, dibagikan kepada sanak saudara, baik menggunakan amplop ataupun tidak.Â
Semua bentuk pemberiaan "salam tempel" itu didasarkan pada ketulusan dan alasan berbagi yang ikhlas usai berpuasa sebulan penuh dan diberi limpahan rezeki musabab hari spesial lebaran, seperti THR.Â
Yang memberi tentulah anggota keluarga yang sudah bekerja atau berkeluarga kepada anggota keluarga lain yang masih lebih muda, misalnya sepupu, keponakan, cucu, dan sebagainya. Meskipun tak semua keluarga bisa melakukannya karena memang bukan sesuatu yang harus dilakukan.Â
Jika kita memikirkan hal positif yang bisa  menjadi pembelajarannya, sebenarnya  berbagi "salam tempel" saat lebaran juga mengandung nilai yang penting dan menarik.
Belajar Kelola Uang Sendiri;Â maksudnya?. Saat berbagi uang lebaran, kepada anak-anak atau saudara yang belum memiliki penghasilan, agar menjadi stimulan agar mereka belajar mengelola uang dan menabung untuk masa depan.
Sehingga kelak mereka sebaliknya akan menjadi pemberi salam tempelnya kepada anak-anak mereka atau orang lain yang membutuhkan.Â
Menurut Sammy Badran, dari Studi Internasional American University of Sharjah, tradisi berbagi uang bisa menjadi cara untuk mengajarkan anak tentang pengelolaan uang dan menabung.
Meskipun bentuknya "uang jajan", anak-anak harus diajarkan ketika dihadapkan pada beragam pilihan, apakah akan membelanjakan uang pemberian tersebut, menyimpannya, atau menggunakan untuk keperluan lain.Â
Mungkin mereka memiliki rencana atau target yang positif  dan bisa dipenuhi dari uang hasil pemberian tersebut. Tentu ini menjadi bentuk pelajaran tentang tanggung jawab pengelolaan keuangan pribadi.Â
Belajar Berbagi ; Saat kita membagikan uang, kita sebenarnya juga sedang "menitipkan pesan", agar menjadi orang yang murah hati dan berbagi kepada sesama harus menjadi sebuah pembelajaran yang baik yang harus dibiasakan.
Jadi, ketika nanti ia besar nanti dan telah memiliki penghasilan sendiri, ia juga akan mencontoh hal serupa, berbagi kepada orang lain, entah dalam momentum Lebaran atau bukan. Lebih spesifik, berbagi yang ingin dituju sebenarnya adalah konteks zakat dan sedekah.Â
Ketika membayar zakat dan menyertakan anak-anak ikut juga bisa menjadi bentuk pembelajaran langsung agar kita berbagi, karena di luar sana banyak orang yang membutuhkan dan ketika kita diberi kelimpahan rezeki, wujud berbagi menjadi sebuah keharusan yang musti kita lakukan.
Jadi tradisi THR, bersedekah atau "salam tempel" lebaran bukan sekedar tradisi biasa, namun banyak hikmah pembelajaran di dalamnya.
referensi: 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H