Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Yuk, Ajarkan Anak Cerdas Finansial dan Kebaikan dari Uang THR Lebaran!

12 April 2024   09:40 Diperbarui: 20 April 2024   09:49 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Termasuk dengan membagikan sedikit uang dalam bentuk salam tempel layaknya "angpao". Jumlah nominal biasanya juga spesial karena harinya juga spesial. Berbagi uang itu menjadi bentuk keakraban dan wujud rasa syukur karena diberi kelebihanrezeki.

Apalagi agama kita juga mengajarkan kebaikan berbagi sebagai sebuah "sedekah" yang bisa menguatkan berkah harta kita, dan menjadikan kemuliaan bagi orang lain yang menerimanya.

Bentuk berbagi kebahagiaan dari para orang tua kepada anak-anak menjadi wujud kasih sayang,  didasari ketulusan memberikan kegembiraan di hari spesial. Apalagi jika anak-anak berpuasa penuh selama ramadan, maka"salam tempel" juga menjadi cara para orang tua memberikan apresiasi atas jerih payah usaha keras anak-anak berpuasa.

Maka saat bertemu di momen lebaran, para tamu atau anggota keluarga sering bertanya,"puasa ngak ramadan kemarin?,"penuh apa ngak puasanya?. Termasuk jika anak-anak hanya "puasa belajar" selama setengah hari. Kamimenyebutnya "puasa kanot" karena puasanya setenagah hari dan setelahnya makan nasi dari kanot bu atau kuali nasi. Biasanya usai Pertanyaan kemudian dilanjutkan dengan uluran "salam tempel" spesial.

Menurut catatan lain yang dikutip dari Cash Matters, teryata  tradisi memberi salam tempel sudah ada sejak abad pertengahan. Salam tempel pertama kali dilakukan pada saat Kekhalifahan Fatimiyah dari Afrika Utara yang membagikan uang, pakaian, atau permen kepada orang-orang saat hari pertama Lebaran.

Tradisi pemberian salam tempel ini terus dilakukan hingga akhir era Ottoman sekitar lima abad, yakni disebut eidiyah. Lalu tradisinya berubah wujud dalam bentuk uang dalam pecahan kecil dan dibagikan hanya dalam lingkup keluarga.

Ilustrasi anak menabung uang salam tempel lebaran sumber gambar andreas lukas altobeli-kompas.com
Ilustrasi anak menabung uang salam tempel lebaran sumber gambar andreas lukas altobeli-kompas.com

Apa Hal Positif yang Bisa Jadi Pembelajaran?

Selain bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan, saat lebaran, berbagi angpao dengan lembaran uang kertas yang biasanya masih baru, dibagikan kepada sanak saudara, baik menggunakan amplop ataupun tidak. 

Semua bentuk pemberiaan "salam tempel" itu didasarkan pada ketulusan dan alasan berbagi yang ikhlas usai berpuasa sebulan penuh dan diberi limpahan rezeki musabab hari spesial lebaran, seperti THR. 

Yang memberi tentulah anggota keluarga yang sudah bekerja atau berkeluarga kepada anggota keluarga lain yang masih lebih muda, misalnya sepupu, keponakan, cucu, dan sebagainya. Meskipun tak semua keluarga bisa melakukannya karena memang bukan sesuatu yang harus dilakukan. 

Jika kita memikirkan hal positif yang bisa  menjadi pembelajarannya, sebenarnya  berbagi "salam tempel" saat lebaran juga mengandung nilai yang penting dan menarik.

Belajar Kelola Uang Sendiri; maksudnya?. Saat berbagi uang lebaran, kepada anak-anak atau saudara yang belum memiliki penghasilan, agar menjadi stimulan agar mereka belajar mengelola uang dan menabung untuk masa depan.

Sehingga kelak mereka sebaliknya akan menjadi pemberi salam tempelnya kepada anak-anak mereka atau orang lain yang membutuhkan. 

Menurut Sammy Badran, dari Studi Internasional American University of Sharjah, tradisi berbagi uang bisa menjadi cara untuk mengajarkan anak tentang pengelolaan uang dan menabung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun