Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mau Bebersih Rumah Buat Lebaran, Kok Sayang ya Barang Menumpuk Dibuang?

6 April 2024   12:29 Diperbarui: 6 April 2024   15:24 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gudang penuh barang tak terpakai sumber gambar 99 berita.com

Memangnya apa itu Hoarding Disorder?. Perilaku seseorang yang memiliki kebutuhan kuat untuk menyimpan barang dalam jumlah besar.

Hoarding disorder adalah gangguan mental yang tidak boleh diremehkan karena bisa membuat penderitanya mengalami banyak masalah. Gangguan ini dianggap sebagai masalah jika muncul banyak kekacauan yang kemudian mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup penderitanya dan keluarganya.

Dalam beberapa kasus, menimbun barang adalah kondisi tersendiri dan sering dikaitkan dengan pengabaian diri. Penderita gangguan perilaku ini biasanya seperti,  hidup sendiri, belum menikah, memiliki masa kanak-kanak yang buruk, seperti kekurangan materi atau memiliki hubungan yang buruk dengan anggota keluarga lainnya dan memiliki riwayat keluarga yang juga gemar menimbun barang serta dibesarkan di rumah yang berantakan dan tidak pernah belajar memprioritaskan dan menyortir barang.

Alasan orang menimbun barang masih belum bisa dipastikan. Seseorang bisa menimbun barang karena keterbatasan fisik yang gak memungkinkan orang buat beresin rumah. Bisa juga karena berbagai gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, dan OCD.

Beberapa orang yang punya hoarding disorder juga mungkin sedang berusaha untuk mengatasi peristiwa hidup yang penuh tekanan atau trauma. 

Buang-buang barang juga bisa membuat seseorang merasa overwhelming, jadi seseorang lebih menghindari keputusan untuk membuang barang.

Hoarding beda dengan koleksi, karena perbedaan mencolok antara mengoleksi dan menimbun, yaitu bagaimana barang-barang itu disusun. Kalau menimbun, barang berantakan, sulit dicari dan ditemukan. Sementara kalau koleksi, barang ditata dengan rapi, gak menganggu, dan mudah ditemukan. Barang yang biasanya ditimbun seperti buku, pakaging, nota, dan masih banyak lagi.

Solusinya Apa Jika Begitu?

Meskipun akan sedikit sulit, karena tak seperti sekedar membuang sampah, barang yang akan diapkir bisa jadi hanya karena sudah memenuhi rumah, sedangkan kondisinya bisa jadi masih sangat layak, misalnya buku.

Jadi benar  kalau hanya mengandalkan buku panduan pun juga bisa tak berguna karena sebenarnya rasa berat saat hendak membuang barang saat bebersih rumah seperti saat menjelang lebaran saat ini, ada dalam pikiran dan mental kita.

Jika sudah ada niat ikhlas berbagi, seperti kata orang tua kita, "kan bukan barang yang akan dibawa mati, jadi abgikan saja bisa bermanfaat lebih banyak bagi orang lain". Benar memang, tapi?. Kita butuh pembiasaan dan penguatan mental "ikhlas" dulu bias semuanya lebih mudah dilakukan.

Bahkan jika sudah jadi penyakit semacam  gangguan penimbunan atau hoarding disorder, yang tidak menyadari dampak negatif dari penimbunan pada kehidupan mereka., harus dengan  terapi perilaku kognitif. 

Kita harus membiasakannya dengan belajar mengidentifikasi dan menantang pemikiran dan keyakinan yang terkait dengan memperoleh dan menyimpan barang. Termasuk juga belajar menahan keinginan untuk menyimpan lebih banyak barang.

Jika masih berat juga terpaksa harus belajar untuk mengatur dan mengkategorikan harta benda untuk membantu memutuskan mana yang harus dibuang dengan menggunakan keterampilan pengambilan keputusan dan sistem koping.

Merapikan rumah harus menjadi kebiasaan yang rutin, jika sudah begitu akan mulai memudahkan untuk mengambil keputusam. Apakah akan membagikan ke saudara atau teman atau tetangga yang lebih membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun