Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Para Siswa Kreatif Menyulap Ija Pok Teupeun Menjadi Outfit Berkelas

4 April 2024   04:38 Diperbarui: 6 April 2024   02:06 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung Festival  Sarung Indonesia 2019 di Plaza Tenggara Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta,  sumber gambar--Helmi Fitriansyah  liputan6.com

Meski ini bukan hal baru, namun para juri lebih melihat bagaimana kreatifitas memadupadankan sarung dengan berbagai jenis busana lain , seperi untuk pakaian kantor, pakaian pesta dan pakaian santai untuk berjalan-jalan.

Kreasi yang disesuaikan dengan selesa para anak muda menjadikan kreasinya bisa diterima tanpa melihat "kekurangan" sarung sebagai busana yang selama ini memang tidak diperuntukkan untuk kebutuhan pakaian kantor atau pakaian jalan-jalan.

Pengunjung Festival  Sarung Indonesia 2019 di Plaza Tenggara Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta,  sumber gambar--Helmi Fitriansyah  liputan6.com
Pengunjung Festival  Sarung Indonesia 2019 di Plaza Tenggara Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta,  sumber gambar--Helmi Fitriansyah  liputan6.com

Tentu kita ingat saat pergelaran Festival  Sarung Indonesia 2019 di Plaza Tenggara Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, ,festival yang ditujukan untuk menghidupkan kesadaran dan kebanggaan generasi muda akan kekayaan budaya Indonesia. 

Bagi masyarakat Indonesia, sarung atau kain sarung memang bukan hanya digunakan sebagai pelengkap untuk beribadah, tapi juga dipakai untuk pelengkap berbusana, selimut ketika tidur, bahkan untuk bermain dan masih banyak lagi. 

Dan jenis busana ini tidak mengacu pada satu identitas agama tertentu saja, tetapi dimiliki oleh semua kalangan, sifatnya plural, dan bisa digunakan oleh siapa saja, baik pria maupun wanita.

Sarung masuk ke Indonesia sekitar abad ke-14 dari Yaman. Kini, sarung sudah menjadi simbol budaya bangsa yang patut dibanggakan. 

Dan daya tarik sarung memang tak sedetil Batik, jika ingin kualitas yang baik  beberapa hal yang menjadi pertimbangannya, cukup mempertimbangkan kualitas bahan, motif, kerapatan, jahitan, merek serta harganya.

Ilsutrasi kreasi sarung di acehsebgai souvenir sumber gambar zawiyah news.com
Ilsutrasi kreasi sarung di acehsebgai souvenir sumber gambar zawiyah news.com

Di Aceh kini menjadi salah satu cenderamata baru, kreatifitas yang memanfaatkan sarung dengan memberi motof atau sulaman yang berciri khas Aceh. Beberapa anak muda yang kreatif memanfaatkan sarung menjadi produk adi busana dan melabeli produknya dengan nama yang tak jauh dari nama sarong.

Di Aceh kain sarung di sebuh "Ija Kroeng" dan salah satu produk UMKM yang terkenal di Aceh juga mengambil nama tersebut dan memberi tanda produknya yang khas dengan motif bordiran Aceh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun