Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Setiap Tahun Mudik, Tapi Tak Mudik!

1 April 2024   23:13 Diperbarui: 6 April 2024   02:15 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana mudik sumber gambar ideas

Jika itu disebut mudik atau wo gampong, rasanya seperti JJS saja karena, bisa jadi malamnya kami langsung pulang atau menginap jika ada keseruan di kampung seperti ramainya pedagang keliling yang menambah semarak. 

Apalagi jika ada yang memasang meriam bambu yang masih ada dikampung-kampung (dan diperbolehkan lagi setelah konflik), maka acara "mudik singkat" itu menjadi lebih seru.

Itulah mengapa saya hanya bisa merasakan hebohnya suasana mudik dari televisi yang menyampaikan laporan pandangan mata dari situasi terkini di setiap titik mudik yang dianggap rawan atau  paling padat. 

Sementara laporan di daerah lebih melaporkan kemeriahan jalanan di jalur Timur dan Barat yang biasanya sunyi dari kendaraan, dimalam lebaran menjadi ramai dan meriah. Laporan justru menceritakan ramainya warung kopi di jalur Barat dan Timur yang dipenuhi pemudik yang istirahat.

Atau si daerah Saree,dimana pemudik di jalur Timur membeli oleh-oleh Tape Lembah Seulawah yang terkenal nikmat serta keripik pisang yang langsung bisa dioder langsung begitu di entas dari penggorengan. Selebihnya tak ada jalur macet. Semuanya aman terkendali.

Suasana "pulang kampung atau jak Wo Gampong alias mudik" menjadi liputan kemeriahan menyambut lebaran saja. Itulah mengapa saya tak sepenuhnya bisa merasakan bagaimana "mudik"yang sebenarnya. Entahlah jika nanti berkunjung ke Bandung, Jakarta atau Jogja saat lebaran?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun